Mohon tunggu...
Yuni Retnowati
Yuni Retnowati Mohon Tunggu... Dosen - Biarkan jejakmu menginspirasi banyak orang

Dosen komunikasi penyuka film horor dan thriller , cat lover, single mom

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Hati Perempuan (Bagian 6: Memahami Lelaki)

29 Februari 2020   11:17 Diperbarui: 29 Februari 2020   11:23 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Haribappeda.batangharikab.go.id

            Khalisa yang paling paham dengan peringatan tubuh tentang lapar. Pertama perut akan terasa sakit. Kalau itu diabaikan akan menjalar ke atas menuju kepala yang akan merasa sangat pusing. Kalau masih tak ada asupan makanan yang masuk maka tubuh akan gemetar. Sama seperti yang dialami Rinta, Khalisa pun akan melihat semua yang dilihatnya bergoyang-goyang sebagai gejala akut dari kelaparan. Mereka akan menertawakan diri sendiri karena ketidakpeduliannya pada tubuh yang menuntut haknya untuk diberi makan secara teratur tepat pada waktunya.

            "Kalau kuperhatikan makin lama Mbak makin kurus," begitu komentar Trinita saat duduk bersebelahan di warung makan Ampera.

            "Dia rajin puasa Daud ," sahut Ica yang masih memilih-milih ekor ikan tongkol sebagai lauk andalannya.

            "Itu sebenarnya bentuk keimanan, penghematan atau pertobatan?" goda Trinita diselingi tawanya.

            "Semuanya," jawab Khalisa memuaskan si penanya.

            "Memang Umi sudah berbuat dosa apa sampai-sampai harus melakukan pertobatan dengan cara yang berat seperti itu?" Dini menanggapinya serius.

            "Orang tua banyak dosanya Din," potong Rinta tanpa basa-basi.

            "Orang muda kayak kamu lebih banyak lagi dosanya," imbuh Ica setelah mendapatkan kursi di sebelah Rinta.

            "Donat itu yang paling banyak berbuat dosa," balik Rinta menuduh Dini yang biasa disebut donat karena pada awal masa kuliah dulu hampir tiap pagi sarapan donat yang dijajakan anak-anak kecil dengan berkeliling  di dalam kampus.

            "Semua orang juga punya dosa. Kita ini bukan malaikat," Trinita mengakhiri percakapan dengan bijak. Mereka mulai menikmati makanannya. Pelan-pelan mengunyah nasi, lauk dan sayur seakan tak ingin kehilangan setitik pun kenikmatan yang bisa didapatkan dari makanan di hadapannya.

            "Dini !" ada suara laki-laki memanggil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun