Mohon tunggu...
Yuni Retnowati
Yuni Retnowati Mohon Tunggu... Dosen - Biarkan jejakmu menginspirasi banyak orang

Dosen komunikasi penyuka film horor dan thriller , cat lover, single mom

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Hati Perempuan (Bagian 6: Memahami Lelaki)

29 Februari 2020   11:17 Diperbarui: 29 Februari 2020   11:23 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Haribappeda.batangharikab.go.id

            "Kak Tita mau?" Ica menawari.

            "Aku mau kue pancong," sahutnya dengan mata sedikit terbuka.

            "Nggak ada. Di bawah itu banyak," kata Khalisa menunjuk ke luar.

            Bis pun bergerak ketika semua tempat duduk telah terisi. Melaju kencang melewati jalan tol Jagorawi. Meski tidak ada AC, dingin terasa menyusup kulit. Untung Ica membawa pasmina yang bisa digunakan menahan dingin. Sementara Khalisa dan Trinita hanya bisa mendekapkan kedua tangan di dadanya.

            "Kita makan dulu nanti ya!" Khalisa mengingatkan lagi.

            Setelah sampai di depan kampus UKI, mereka bersiap-siap turun lalu menunggu angkot. Ica masih ingat harus naik angkot apa agar sampai di kawasan perkantoran tempat Mr. Baldi bekerja  di lembaga riset pemasaran. Agak lama mereka menunggu angkot. Khalisa mengeluh karena mulai lapar lagi.

            Untungnya mereka hanya perlu sekali naik angkot. Kebetulan juga lokasi perkantoran itu berdekatan dengan pusat perbelanjaan sehingga memudahkan mereka mencari makanan. Sayangnya beberapa outlet baru saja buka dan belum siap melayani pembeli. Mereka harus berkeliling untuk menemukan penjual makanan yang sudah siap melayani pembeli. Ada soto ayam yang sudah ramai diserbu pembeli. Nampaknya satu-satunya yang sudah buka. Mau tak mau itulah yang harus dipilih.

            Di antara mereka hanya Trinita yang kelihatan tak sabar  ingin segera dilayani. Cepat-cepat menghabiskan makanan agar bisa segera bertemu Mr. Baldi. Oleh-oleh yang  akan diberikan kepada Mr. Baldi dibawa di dalam tas dari kertas daur ulang. Ditenteng dengan tangan kanan sementara tas lainnya digantungkan di pundak kirinya. Langkahnya terasa ringan menyusuri trotoar di luar pusat perbelanjaan itu. Masih sama seperti tadi  dia berjalan seperti pencuri yang dikejar polisi. Lagi-lagi Khalisa dibuatnya terengah-engah agar bisa menjajari langkahnya. Ica pun ketinggalan jauh di belakang. Katanya dia tak bisa berjalan cepat karena harus menjaga perutnya agar tidak sakit sehabis diisi makanan.

            " Kak Tita saja yang masuk sendiri ke dalam. Kita tunggu di luar saja!" Ica memberi saran .

            "Nggah ah, ikut saja semua yuk!" ajaknya . "Temani aku. Nggak enak sendiri."

            "Kita nggak mau ganggu privacy kalian," Khalisa beralasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun