"Tapi Mbak nggak mau lagi dapat orang Sulawesi  kan?" Trinita mengingatkan.
      "Aku nggak tertarik sama dia," jawabnya singkat tanpa minat.
      "Nggak mau memanfaatkan lagi?" sindir Rinta.
      "Apa yang bisa dimanfaatkan dari dia?" Trinita yang menyahut.
      "Kemarin pada minta ditraktir pempek," Ica bersuara agak meninggi.
      "Pempek jalanan seperti yang kemarin cuma berapa harganya," Dini menanggapi.
      "Sudahlah Bu, terima saja. Nanti kita pasti makan kenyang," saran Rinta dengan muka serius.
      "Kenapa aku selalu dikorbankan," keluh  Khalisa seperti bicara pada diri sendiri sementara yang lain menertawakannya.
      "Eh, besok ada acara nggak?" tiba-tiba Trinita mengalihkan pada pembicaraan lainnya.
      Belum lagi ada yang menjawab, HP-nya berbunyi pertanda ada telpon masuk. Wajahnya berubah seketika. Matanya menyipit lalu bibirnya membentuk sudut agak lancip. Dia menjawab lalu bergeser menjauhi teman-temannya agar tak terdengar pembicaraannya. Tak berapa lama dia kembali lagi. Sekarang matanya mengerjap diikuti senyuman di bibir yang membekas lama.
      "Pandu sudah mengajak baikan," ujarnya riang.