Ketika seisi rumah kos sedang sibuk memperbaiki proposal penelitian dengan bersama-sama mengetik menggunakan laptop di ruang tengah, Pak Akbar datang bertamu. Semuanya kurang memperhatikan tapi dia tak merasa terabaikan. Sesekali dia mengajak Dini berbicara. Hanya mengobrol ringan saja. Kadang Dini bertanya tentang isi proposalnya lalu dia memberikan sedikit perbaikan. Mengarahkan agar tulisan Dini mengalir lancar dan enak dibaca.
      "Aku sudah capai, pegal punggungku dan kaku leherku. " keluh Khalisa .
      "Istirahat dulu saja Bu," Rinta menanggapi.
      "Tiduran dulu Umi!" tambah Ica .
      "Iya, jangan sampai sakit lagi," tegur Trinita.
      Mereka tahu kalau Khalisa mempunyai masalah dengan sakit bulanan. Setiap menstruasi menghadapi masa yang sulit karena endometriosis bersarang di rahimnya. Seharusnya dioperasi tetapi dia memilih terapi alternatif beberapa tahun yang lalu. Sakitnya masih belum berkurang dan sangat mengganggu aktivitasnya. Dalam penyusunan tesis nanti yang membutuhkan konsentrasi tinggi pasti akan banyak masa-masa dia harus off  beberapa lama setiap bulannya. Itu bisa memperpanjang masa studi yang berarti harus menambah biaya dengan uang sendiri karena beasiswa akan berakhir seiring berakhirnya semester empat.
      Pak Akbar memandangi Khalisa yang beranjak meninggalkan ruang tengah menuju kamarnya. Lama ditatapnya punggung Khalisa hingga hilang dari pandangan.
      "Aku  suka dia," gumamnya tanpa sadar.
      "Eh, apa Pak?" Dini terbelalak, "Yang di rumah mau dikemanain?"
      "Gampanglah nanti itu diatur," balasnya ringan.
      "Nggak boleh begitu Pak," potong Rinta tak suka.