"Tidak ada alasan kenapa. Ternyata mama dan baba tidak bisa mempercayaimu untuk kerja di Guangzhou. Lihatlah, baru setengah tahun kau di Guangzhou, kau sudah berubah berani membohongi mama dan baba, bahkan berani pergi ke Seoul sendirian! Sejak kapan kau jadi anak yang tidak berbakti begitu!"
"Sejak mama dan baba membohongiku! SEJAK KALIAN TIDAK BILANG BAHWA AKU ADALAH ANAK ANGKAT!"
Dan saat itu suasana tiba-tiba hening. Yifang terengah-engah dan badannya gemetar hebat. Aku makin mengencangkan peganganku di bahunya.
"Yifang... Yifang, siapa yang bilang kau anak angkat? Kenapa kau bisa berpikiran begitu?" Tanya babanya, shock.
"JANGAN BOHONGI AKU LAGI, AKU SUDAH TAU SEMUANYA! AKU SUDAH BERTEMU DENGAN GEGE KANDUNGKU!"
Yifang menangis, dan mamanya-pun menangis. Aku beranjak mendekati kedua orangtua itu, lalu membantu mereka duduk di sofa. Mereka tidak menolakku, malahan mengikuti arahanku.
"Yifang, tidak boleh marah," bujukku, "duduk sana. Tunggu sebentar, aku ambilkan minuman."
Aku membimbing Yifang duduk di sofa di seberang kedua orangtuanya, dan Yifang masih juga menangis. Aku bergegas ke dapur untuk menyiapkan empat gelas minuman dan secepatnya kembali ke ruang tamu.
"Dui bu qi, Yifang... kami... kami tidak bilang kenyataannya karena kami takut kehilanganmu. Lihatlah, sekarang... setelah kau bertemu dengan keluarga kandungmu, kau sudah tidak menginginkan kami lagi kan?" Tanya babanya.
Yifang terisak sekali-dua kali, tapi tidak menjawab pertanyaan babanya.
"Dan kami tidak ingin kau ke Seoul karena kami takut kau berhubungan dengan gege kandungmu sendiri dan menikah dengannya. Kau bisa tau sendiri apa akibatnya kalau menikah dengan saudara kandung," jelas mamanya.