Mohon tunggu...
Biyan Mbois
Biyan Mbois Mohon Tunggu... Bankir - Ngestoaken dhawuh ROMO, anut ROSO

Penjelalah ke dalam diri

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Yang Terserak

23 Oktober 2019   23:39 Diperbarui: 24 Oktober 2019   00:00 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

44

Laut pun bisa murka

Laut kau tenggelamkan dengan batu-batu gunung yang kau angkut bertruk-truk,

juga dengan beton-beton gajah

Nelayanpun bertanya : "dimana kami menjaring ikan lagi?" 

Kemudian laut menjawabnya dengan mengirim cuaca panas menyilet, badai dan tsunami.

Cinta perlahan musna di lautku

45

Matahari  pagi-pagi dengan riang  menghangati dauh SALAM yang wangi  menghijau. Terbangun dari tidur di kota KUDUS, menjelajahi pikiran kekasih KASIH terjalin erat melekat tiada putus. Seperti kondisi DAMAI di suasana kota-kota penuh kesejukan sampai ke langit. DAN banyak hati berjalan dan menggetarkan SUKA CITA. Awan berlaksa-laksa berarak-arak SELAMAT menuju pelangi. Itu adalah ekspresi natural mortal dan NATAL mahluk di semesta raya. Tirai DESEMBER 2017 telah terbentang menahan sengatan badai. BAGI pengharapan dan cinta. Menuju keabadian YANG selalu saja lahir dari waktu ke waktu. Suara-suara yang membahana, membelai-belai batu dan air dan orang-orang yang MERAYAKAN sampai malam usai.

46

Menyerah

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun