Mohon tunggu...
Biyan Mbois
Biyan Mbois Mohon Tunggu... Bankir - Ngestoaken dhawuh ROMO, anut ROSO

Penjelalah ke dalam diri

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Yang Terserak

23 Oktober 2019   23:39 Diperbarui: 24 Oktober 2019   00:00 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku sekarat

Menahan rindu yang berkarat

5

Menggelar Tentram

Saat hanyut dalam RASA, anganangan tibatiba menyela dan diamdiam menyeretku, membawa menjauh dari RASA. Sebelum terlalu jauh, kutegur ia. 

" Hai, kau Cah Bagus. Hendak kau ajak aku kemana ? Ke masa depan yang masih penuh perkiraan & tanda tanya ? Atau ke masa kemarin yang telah lalu ? 

Ayolah, diam dan tenanglah DISINI. Nikmati yang sedang terjadi KINI. RASAkan darah yang mengalir ke seluruh tubuh & oksigen yang memenuhi tiap sel. RASAkan dan nikmati semuanya. Pori-pori yang bernafas bebas dan rambut yg asik diskusi, tentang siapa yang memutih duluan. Naah, gitu doong, diam tenang dan .... "

Begitu selesai kubujuk angananganku, aku sudah lelap, tanpa mimpi. Zzzzzz

6

Di Stasiun Pada Pagi Buta Hari Ini

Andai aku bisa sampai padamu saat ini, _saat kau masih terlelap_, pasti aku bangunkan kamu dengan kecup dan bunga. Namun waktu senantiasa setia pada detiknya. Hingga aku harus menunggu sampai jam kereta berangkat tiba. Lalu saatnya aku melewati rindu yang mengalur sepanjang rel hingga jalan menujumu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun