Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Membongkar Batasan Antara Hal yang Bisa Dikendalikan dan Hal yang Tidak Bisa Dikendalikan

16 April 2025   19:30 Diperbarui: 16 April 2025   16:31 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

5. Manipulasi dan Kontrol Terselubung

Gambar yang membagi dunia menjadi dua wilayah, apa yang bisa kita kontrol dan tidak---mengabaikan dimensi ketiga yang jauh lebih subtil dan berbahaya: manipulasi. Di sinilah muncul ironi filosofis yang mendalam. Sebab, dalam kenyataannya, banyak hal yang kita anggap "tidak bisa dikontrol" ternyata bisa dipengaruhi, bukan dengan kekuatan langsung, melainkan melalui sistem simbolik, psikologis, dan sosial yang tak kasatmata.

Michel Foucault: Power/Knowledge dan Mekanisme Kekuasaan

Foucault, dalam karya-karya seperti Discipline and Punish dan The History of Sexuality, memperkenalkan gagasan bahwa kekuasaan (power) tidak hanya bekerja melalui larangan atau kekuatan koersif, tetapi melalui penyusunan pengetahuan (knowledge), norma, dan wacana yang membentuk subjektivitas manusia. Dengan kata lain, kontrol paling efektif bukan yang dipaksakan dari luar, tapi yang ditanamkan di dalam kepala.

Contohnya, dalam masyarakat modern, kita tidak selalu diawasi secara fisik, tetapi tetap berperilaku seolah-olah diawasi. Foucault menyebutnya sebagai efek panoptikon---sebuah bentuk kontrol terselubung di mana struktur sosial membuat kita menjadi pengawas bagi diri kita sendiri. Maka, kontrol tidak hilang, ia hanya bersembunyi dalam internalisasi norma.

Etika Manipulasi: Dari Politik hingga Relasi Personal

Manipulasi bukan sekadar taktik politik atau strategi iklan. Ia merasuk hingga ke kehidupan sehari-hari: dalam hubungan keluarga, relasi romantik, hingga budaya kerja. Seorang politisi mungkin tidak bisa "mengontrol" suara rakyat secara langsung, tetapi bisa membentuk opini publik dengan narasi, framing, dan spin doctoring.

Begitu pula dalam relasi personal, seseorang bisa mempengaruhi pasangannya melalui rasa bersalah, permainan emosi, atau "silent treatment." Ini bukan kekerasan langsung, tetapi bentuk kendali halus yang bekerja di bawah permukaan.

Di sini muncul dilema etis: kapan pengaruh menjadi manipulasi? Apakah mempengaruhi orang untuk berhenti merokok dengan kampanye emosional itu etis? Bagaimana dengan iklan yang menargetkan rasa takut kehilangan (FOMO)? Manipulasi selalu berada di wilayah abu-abu antara niat baik, kontrol sosial, dan eksploitasi psikologis.

Nudging: Kontrol yang Lembut tapi Efektif

Dalam konteks ekonomi perilaku, Richard Thaler dan Cass Sunstein memperkenalkan konsep nudge---intervensi halus yang mendorong orang membuat keputusan tertentu tanpa melarang opsi lain. Contohnya, menaruh buah di rak mata saat sarapan agar orang lebih memilihnya dibanding donat.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun