Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. I Seorang guru di SMP PIRI, SMA dan SMK Perhotelan dan SMK Kesehatan. I Ia juga seorang Editor, Penulis dan Pengelola Penerbit Bajawa Press. I Melayani konsultasi penulisan buku. I Pemenang III Blog Competition kerjasama Kompasiana dengan Badan Bank Tanah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan Bermutu di Era Kolaborasi: Saat Sekolah Tidak Bisa Sendirian

23 September 2025   07:19 Diperbarui: 23 September 2025   07:19 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(olahan GemAIBot, dokpri)

Pendidikan Bermutu di Era Kolaborasi: Saat Sekolah Tidak Bisa Sendirian

Pertanyaan mendasar yang menjadi nyawa tulisan ini adalah "Apakah Sekolah Bermutu dapat berjalan sendirian?" Jawaban atas pertanyaan itu akan coba kita temukan dalam tulisan sederhana pagi ini, sebagai salah satu seri yang saya tulis tentang pendidikan bermutu. Semoga bisa menjawab kebutuhan zaman, meski hanya sedikit.

Dulu, sekolah adalah benteng ilmu. Guru mengajar, siswa mendengar, dan dunia luar menunggu di balik gerbang. Kini, zaman berubah. Pendidikan bermutu tidak lagi lahir dari ruang kelas yang terisolasi, tapi dari kolaborasi, Co-working, jaringan, dan sinergi antaraktor.

Dalam dunia yang semakin kompleks dan saling terhubung ini, sekolah tidak bisa bekerja sendiri. Mereka harus menjadi bagian dari ekosistem yang lebih besar, di mana berbagi pengetahuan, pengalaman, dan sumber daya menjadi kunci utama keberhasilan. Sekolah yang mampu menjalin kemitraan dengan berbagai pihak akan mampu menciptakan pengalaman belajar yang tidak hanya relevan, tetapi juga hidup dan berdampak nyata dalam kehidupan siswa.

Di era digital dan global ini, sekolah yang hebat bukan yang paling tertutup, tapi yang paling terbuka. Yang mampu menjalin kemitraan dengan industri, komunitas, universitas, bahkan sekolah lain, untuk menciptakan pengalaman belajar yang relevan, hidup, dan berdampak nyata.

Keterbukaan ini memungkinkan siswa dan guru untuk merasakan dunia nyata di luar tembok sekolah. Melalui kolaborasi lintas sektor, mereka bisa belajar langsung dari praktik industri, berinteraksi dengan berbagai komunitas, dan mengikuti perkembangan global yang cepat. Dengan demikian, proses pembelajaran menjadi lebih dinamis dan bermakna.

Kolaborasi Bukan Pilihan, Tapi Kebutuhan

"No one learns well in isolation. Learning is a social act." (Dr. Linda Darling-Hammond)

Ahli pendidikan dari Amerika ini menegaskan bahwa proses belajar yang paling bermakna terjadi dalam konteks sosial dan interaktif. Siswa tidak bisa hanya diam di kelas dan menunggu ilmu datang sendiri; mereka perlu berdiskusi, berdebat, dan bekerja sama dalam memecahkan masalah nyata yang mereka hadapi di dunia nyata. Kolaborasi ini akan membentuk karakter, kreativitas, dan kemampuan berpikir kritis mereka secara optimal.

Itulah sebabnya, pendidikan bermutu dewasa ini harus: Pertama, Melibatkan komunitas lokal seperti petani, nelayan, dan pelaku UMKM sebagai sumber belajar yang autentik dan relevan. Dengan begitu, siswa mampu melihat langsung bagaimana konsep yang mereka pelajari di sekolah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kedua, Menjalin kemitraan dengan industri agar siswa SMK/SMK siap kerja, memahami kebutuhan dunia usaha, dan memiliki pengalaman praktis yang memudahkan mereka masuk ke dunia kerja.
Ketiga, Membuka ruang bagi guru dari sekolah lain untuk saling belajar melalui lesson study atau komunitas praktik. Ini memperkaya inovasi dan meningkatkan kualitas pengajaran secara berkelanjutan.
Keempat, Menciptakan ekosistem kolaboratif yang memungkinkan berbagi ide, pengalaman, dan sumber daya demi meningkatkan mutu pembelajaran secara menyeluruh.

(olahan GemAIBot, dokpri)
(olahan GemAIBot, dokpri)

Co-working Space untuk Guru: Tempat Inovasi Lahir

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun