Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Membongkar Batasan Antara Hal yang Bisa Dikendalikan dan Hal yang Tidak Bisa Dikendalikan

16 April 2025   19:30 Diperbarui: 16 April 2025   16:31 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Artinya, masa depan bukan sepenuhnya tak bisa dikontrol, karena dalam batas tertentu kita membentuknya lewat ekspektasi, skenario, dan rencana. Namun masa depan juga tak sepenuhnya bisa dikontrol, karena ia mengandung unsur kontingensi dan kekacauan (chaos) yang tak terduga.

Konsep ini juga menggarisbawahi betapa pentingnya sikap epistemik yang rendah hati: kita perlu mengakui keterbatasan dalam memprediksi, sembari tetap bertindak seolah kita punya tanggung jawab atas yang akan terjadi.

Masa Kini: Titik Dinamis dalam Ketegangan Temporal

Sering kali masa kini digambarkan sebagai "satu-satunya yang bisa kita kontrol." Tapi dalam kenyataannya, masa kini bukan titik tetap, melainkan momen dinamis yang menjadi hasil dari tarikan dua kutub: kenangan dan ekspektasi.

Dalam filsafat fenomenologis, terutama pada Edmund Husserl dan Martin Heidegger, masa kini selalu sudah dipengaruhi oleh "retensi" (apa yang baru saja terjadi) dan "protensi" (apa yang akan atau kita harapkan terjadi). Artinya, tindakan kita di masa kini tak pernah bebas mutlak, karena ia selalu dibebani oleh warisan masa lalu dan beban kemungkinan masa depan.

Dengan kata lain, sekalipun kita menyusun niat untuk "mengendalikan diri" saat ini, intensi itu sendiri adalah hasil dari dinamika waktu yang lebih besar daripada titik sekarang itu sendiri.

Dimensi waktu memperumit logika kontrol. Masa lalu bisa direkonstruksi, masa depan bisa dimodelkan, dan masa kini tak pernah netral. Alih-alih membagi realitas secara biner, kita perlu memahami kontrol sebagai relatif terhadap waktu, bukan absolut. Setiap tindakan adalah hasil negosiasi antara memori, prediksi, dan kesadaran sesaat.

7. Kekacauan, Ketidakpastian, dan Kecantikan dari Tidak Tahu

Dalam upaya manusia menaklukkan dunia, kita sering menganggap ketidakpastian sebagai musuh. Ketidaktahuan dianggap kelemahan; kekacauan adalah ancaman terhadap tatanan. Namun, ilmu pengetahuan modern, dari termodinamika hingga teori chaos, justru menunjukkan bahwa ketidakpastian bukanlah kegagalan pengetahuan, melainkan bagian esensial dari realitas itu sendiri.

Ilya Prigogine dan Sistem yang Tidak Stabil

Fisikawan dan filsuf Ilya Prigogine, pemenang Nobel dalam bidang kimia, memperkenalkan konsep "dissipative structures" dalam sistem termodinamika jauh dari kesetimbangan. Menurutnya, sistem-sistem kompleks tidak selalu mencari kestabilan; justru dalam kondisi jauh dari keseimbangan-lah, sistem mengalami bifurkasi, yakni titik cabang yang dapat menghasilkan keteraturan baru yang sebelumnya tidak terbayangkan.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun