Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Membongkar Batasan Antara Hal yang Bisa Dikendalikan dan Hal yang Tidak Bisa Dikendalikan

16 April 2025   19:30 Diperbarui: 16 April 2025   16:31 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nudging bukan kontrol eksplisit, melainkan desain pilihan yang membentuk kecenderungan. Ini berbeda dari manipulasi klasik karena bersifat transparan dan bertujuan baik (misalnya, untuk kesehatan publik). Namun, dalam praktiknya, perbedaan antara nudging dan manipulating sering kali kabur.

Contoh ekstremnya tampak dalam dunia digital: notifikasi merah di aplikasi dirancang untuk menarik perhatian. Pilihan default untuk menyetujui "Terms and Conditions" tanpa membaca adalah bentuk nudging yang nyaris memanipulasi.

Dalam dunia nyata, pengaruh jarang bersifat absolut. Kita tidak sepenuhnya "mengontrol" pikiran orang lain, tapi kita bisa memengaruhinya. Kita tidak bisa "mengendalikan" persepsi publik, tapi kita bisa merancang narasi. Kontrol terselubung ini justru yang paling berbahaya---karena ia menyamar sebagai kebebasan.

6. Dimensi Waktu dan Relativitas Kontrol

Salah satu kekeliruan mendasar dari pembagian realitas ke dalam "yang bisa dikontrol" dan "yang tidak bisa dikontrol" adalah pengabaian terhadap dimensi waktu. Dalam kerangka linear, waktu sering dipahami sebagai garis lurus dari masa lalu ke masa depan. Namun dalam realitas subjektif dan kognitif, waktu tidak pernah benar-benar linier, ia lentur, penuh bias, dan terus diproses ulang oleh pikiran.

Masa Lalu: Rekonstruksi Naratif dan False Memory

Kita sering berpikir bahwa masa lalu adalah wilayah yang "sudah tetap" dan karenanya "tak bisa dikontrol". Namun, dari perspektif psikologi kognitif dan filsafat waktu, masa lalu justru bersifat rekonstruktif. Setiap kali kita mengingat sesuatu, kita tidak hanya "memutar ulang", tapi juga menyusun ulang ingatan itu berdasarkan konteks sekarang, emosi terkini, dan tujuan naratif kita.

Elizabeth Loftus, dalam studinya tentang false memory, menunjukkan bahwa memori sangat mudah dimanipulasi, bahkan bisa menciptakan kenangan palsu yang diyakini benar oleh subjek. Ini berarti, kendali atas masa lalu bukan tidak mungkin, tetapi terjadi dalam bentuk konstruksi naratif yang terus-menerus kita perbarui dan percayai.

Di sinilah muncul ironi: kita tidak bisa mengubah peristiwa masa lalu, tetapi kita bisa mengontrol makna yang kita berikan padanya, dan ini punya efek riil terhadap kondisi psikologis dan pilihan masa kini.

Masa Depan: Sistem Antisipatif dan Ketidakpastian Aktif

Filsuf-biolog Robert Rosen memperkenalkan konsep anticipatory systems, yaitu sistem yang tidak hanya merespons masa kini, tetapi bertindak berdasarkan model masa depan yang diproyeksikannya. Dalam kerangka ini, organisme hidup (termasuk manusia) tidak hanya bereaksi terhadap rangsangan, tapi juga memodelkan kemungkinan-kemungkinan dan bertindak berdasarkan prediksi itu.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun