Mengatasi konflik antara agama dan sains.
Membangun etos kerja yang seimbang antara usaha dan tawakal.
Menangkal pemahaman agama yang ekstrem dan radikal.
Memperkuat spiritualitas yang lebih substansial daripada sekadar mengejar keajaiban.
Pemikiran ini tidak hanya relevan dalam diskursus akademik, tetapi juga dalam pembentukan masyarakat yang lebih rasional, moderat, dan tetap memiliki kedalaman spiritual.
BAB 7. Panduan Spiritual dalam Menghadapi Disrupsi AI: Merumuskan Sikap Berdasarkan Narasi Maryam, Ibrahim, dan Muhammad
Dalam menghadapi disrupsi kehidupan akibat AI, manusia modern dihadapkan pada dilema kapan harus berserah diri, kapan harus berusaha, dan kapan harus berjuang habis-habisan. Empat peristiwa besar dalam sejarah kenabian---Maryam di mihrab, Maryam saat melahirkan, Ibrahim menghancurkan berhala, dan Muhammad dalam jihad perang---menjadi panduan metaforis dalam menyikapi era yang semakin tidak pasti ini.
1. Berserah Seperti Maryam di Mihrab: Saat Mengasah Koneksi Spiritual dan Menerima Ilham
Maryam di mihrab adalah simbol pasrah dalam ketenangan, di mana Allah sendiri yang menyediakan makanan untuknya. Sikap ini relevan dalam konteks inovasi berbasis AI yang berkembang terlalu cepat sehingga kita perlu menjeda diri untuk merenungi arah yang akan diambil.
Kapan Harus Bersikap Seperti Maryam di Mihrab?
Ketika berada di fase perenungan mendalam, di mana keputusan tidak bisa diambil hanya berdasarkan data, tetapi memerlukan ilham, intuisi, dan hikmah.