Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Dialektika Intervensi Ilahi dalam Perspektif Filsafat Ketuhanan dan Sufisme

29 Maret 2025   07:15 Diperbarui: 29 Maret 2025   07:15 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sufisme sebagai Jembatan antara Rasionalitas dan Spiritualitas

Sufisme menawarkan model pemahaman yang tidak ekstrem, karena ia tidak menolak sains, tetapi juga tidak menegasikan pengalaman spiritual yang lebih dalam.

Ini bisa menjadi solusi bagi banyak orang modern yang mengalami kegelisahan eksistensial, karena mereka mencari makna di luar materialisme, tetapi tanpa harus menolak akal dan sains.

Menuju Pemahaman yang Lebih Holistik

Dengan mengembangkan pemahaman Allah yang tidak terbatas pada hukum alam tetapi juga tidak bertentangan dengannya, kita bisa menawarkan model yang lebih integratif dalam menjelaskan hubungan Allah, alam, dan manusia.

Allah tidak pasif seperti dalam deisme, tetapi tetap terlibat dalam dunia dengan cara yang tidak selalu supranatural.

Allah tidak menyatu secara absolut dengan alam seperti dalam panteisme, tetapi tetap hadir melalui kehendak-Nya yang dinamis.

Allah tidak bisa direduksi ke dalam materialisme dan empirisme radikal, karena pengalaman spiritual menunjukkan dimensi realitas yang lebih luas.

Pemahaman ini bukan hanya penting dalam diskursus akademik, tetapi juga memiliki implikasi praktis bagi kehidupan modern. Dalam dunia yang semakin terpolarisasi antara ateisme agresif dan fundamentalisme religius, model ini bisa menjadi jalan tengah yang menjembatani iman dan rasionalitas.

Dengan kata lain, Allah tidak hanya hadir dalam mukjizat, tetapi juga dalam setiap hukum yang mengatur kehidupan. Yang dibutuhkan manusia bukan sekadar menunggu keajaiban, tetapi memahami kebijaksanaan-Nya dalam keteraturan semesta, sembari tetap membuka ruang bagi pengalaman spiritual yang transenden.

BAB 6. Relevansi dan Urgensi Pemahaman Ini bagi Masyarakat Modern

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun