Sufisme sebagai Jembatan antara Rasionalitas dan Spiritualitas
Sufisme menawarkan model pemahaman yang tidak ekstrem, karena ia tidak menolak sains, tetapi juga tidak menegasikan pengalaman spiritual yang lebih dalam.
Ini bisa menjadi solusi bagi banyak orang modern yang mengalami kegelisahan eksistensial, karena mereka mencari makna di luar materialisme, tetapi tanpa harus menolak akal dan sains.
Menuju Pemahaman yang Lebih Holistik
Dengan mengembangkan pemahaman Allah yang tidak terbatas pada hukum alam tetapi juga tidak bertentangan dengannya, kita bisa menawarkan model yang lebih integratif dalam menjelaskan hubungan Allah, alam, dan manusia.
Allah tidak pasif seperti dalam deisme, tetapi tetap terlibat dalam dunia dengan cara yang tidak selalu supranatural.
Allah tidak menyatu secara absolut dengan alam seperti dalam panteisme, tetapi tetap hadir melalui kehendak-Nya yang dinamis.
Allah tidak bisa direduksi ke dalam materialisme dan empirisme radikal, karena pengalaman spiritual menunjukkan dimensi realitas yang lebih luas.
Pemahaman ini bukan hanya penting dalam diskursus akademik, tetapi juga memiliki implikasi praktis bagi kehidupan modern. Dalam dunia yang semakin terpolarisasi antara ateisme agresif dan fundamentalisme religius, model ini bisa menjadi jalan tengah yang menjembatani iman dan rasionalitas.
Dengan kata lain, Allah tidak hanya hadir dalam mukjizat, tetapi juga dalam setiap hukum yang mengatur kehidupan. Yang dibutuhkan manusia bukan sekadar menunggu keajaiban, tetapi memahami kebijaksanaan-Nya dalam keteraturan semesta, sembari tetap membuka ruang bagi pengalaman spiritual yang transenden.
BAB 6. Relevansi dan Urgensi Pemahaman Ini bagi Masyarakat Modern