Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Dialektika Intervensi Ilahi dalam Perspektif Filsafat Ketuhanan dan Sufisme

29 Maret 2025   07:15 Diperbarui: 29 Maret 2025   07:15 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Muhammad dalam Perang Badar mendapat bimbingan ilahi dalam strategi perang, yang menunjukkan bahwa intervensi Allah bisa berbentuk pencerahan intelektual dan keputusan yang tepat pada saat kritis.

Kesimpulannya, Allah bertindak melalui hukum-Nya, tetapi tidak terikat olehnya dalam cara yang dipahami manusia. Ini memberikan ruang bagi pengalaman spiritual tanpa harus menegasikan sains dan rasionalitas.

2. Relevansi untuk Pemikiran Kontemporer

Bagaimana Memahami Allah dalam Dunia Sains dan Spiritualitas Modern?

Dalam era modern, di mana sains sering dianggap sebagai satu-satunya cara memahami realitas, banyak orang menghadapi kesulitan dalam mendamaikan iman dan rasionalitas. Sintesis yang kita tawarkan memiliki implikasi penting:

  1. Allah Tidak Bertentangan dengan Sains, tetapi Melampauinya

Sains menjelaskan mekanisme kerja alam, sedangkan agama menjelaskan makna dan tujuan dari keberadaan alam tersebut.

Hukum fisika seperti gravitasi dan elektromagnetisme adalah manifestasi dari kehendak Allah dalam bentuk keteraturan, sementara wahyu dan mukjizat adalah manifestasi dari kehendak Allah dalam bentuk petunjuk dan kebijaksanaan.

Ini sejalan dengan pemikiran ilmuwan seperti Albert Einstein yang berkata, "Science without religion is lame, religion without science is blind."

  1. Spiritualitas Modern: Menghubungkan Sufisme dengan Pemikiran Kontemporer

Banyak filsuf modern mencoba memahami realitas dari perspektif kesadaran dan pengalaman subjektif, seperti dalam fenomenologi Edmund Husserl atau pemikiran William James tentang pengalaman religius.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun