Mohon tunggu...
Igniz Patristiane
Igniz Patristiane Mohon Tunggu... -

kerja, kuliah, me-time. perpaduan dari legitnya seduhan panas vanilla latte dengan topping whipped cream pada pagi hari yang dingin. dengan menulis di waktu senggang serasa menikmati roti bakar selai nanas dengan taburan keju bagiku :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Lena

24 April 2017   14:18 Diperbarui: 25 April 2017   02:00 1064
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tidak seharusnya suatu pernikahan yang telah mendapat restu dari banyak orang, dihadiri banyak pihak yang ikut mendoakan, ternoda pada suatu celah waktu di kemudian harinya. Menurut Lena, akan sangat menyakitkan apabila kerusakan dari sebuah rumah tangga disebabkan bukan dari kekacauan yang ditimbulkan sendiri dari pasangan itu. Lena sendiri tidak menginginkannya terjadi pada kehidupannya. Ia juga menganggap bahwa apabila pengacaunya itu adalah orang lain yang tidak tahu apa-apa tentang bagaimana terbentuknya mahligai mereka sebelumnya, orang itu harus kembali memperdalam pengetahuannya tentang tata krama.

Ia mengangguk, menoleh ke Maya dan tersenyum untuknya. “Memang, ini terlihat enak,” Lena mengambil garpu plastik kecil dan meremukkan kroket kentangnya. “Kucoba, ya,” ia mulai menyantap sepotong kecil kudapan itu, dan merasakannya sungguh-sungguh. “Hm, memang enak, Maya, pilihanmu tidak salah.”

“Apa kubilang,” Maya tertawa. Ia ikut memotong kroket kentang, dan menikmatinya. “Oya, kamu ada acara tidak besok malam?” tanyanya. “Aku ingin mengajakmu nonton bioskop.”

“Aku sepertimu, Maya,” Lena kembali menyantap sepotong kroket. “Waktuku sangat banyak.”

Lena menggunakan busway untuk pulang setelah dari pesta Vera. Dari halte terdekat, ia berjalan menuju rumah kontrakannya. Saat itu udara tidak panas tetapi terasa kering. Daun-daun berwarna kuning terjatuh dari pohon-pohon di pinggir jalan. Tiba-tiba, ia merasakan ponselnya bergetar di dalam tas tangan yang ia bawa.

Lena lebih menepi ke pinggir dan membuka tasnya. Ia mengambil ponselnya dan melihat nomor yang sangat ia kenal. Nomor Indra.

“Lena,” terdengar suara Indra di antara riuhnya suara-suara orang yang tengah bercakap-cakap begitu ramai. “Kamu dapat mendengar suaraku?”

Lena membayangkan Indra bertelepon di suatu bilik dengan volume suara sangat lirih agar tidak diketahui banyak orang di sekitarnya. “Ya, Indra, tetapi samar-samar.”

“Aku sedang berada di rumah orang tuaku, dan kami sedang mendapat tamu.”

Lena diam mendengarkan. Di sebelahnya berdiri, duduk di trotoar, seorang bapak penjaja tissue yang sedang beristirahat.

“Lena, apakah kamu merindukanku?”

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun