Mohon tunggu...
Igniz Patristiane
Igniz Patristiane Mohon Tunggu... -

kerja, kuliah, me-time. perpaduan dari legitnya seduhan panas vanilla latte dengan topping whipped cream pada pagi hari yang dingin. dengan menulis di waktu senggang serasa menikmati roti bakar selai nanas dengan taburan keju bagiku :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Lena

24 April 2017   14:18 Diperbarui: 25 April 2017   02:00 1064
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pikiran Lena terbelit banyak pendapat mengenai Indra. Namun, satu yang terbantahkan saat ini. Bahwa, begitu ia melihat kamar pria itu, memang akan terdengar kejam apabila membanding-bandingkan Indra dengan pria kebanyakan.

Lena teringat kepada semua mantan pacarnya. Mereka selalu menunjukkan diri mereka kesulitan menerima cara berpikir Lena sebagai seorang wanita. Dan, selebihnya, baik secara langsung maupun tidak, mereka pada akhirnya sama saja. Ingin Lena mengerti bahwa mereka memiliki keterbatasan dalam memahami perempuan. Mereka menunjukkan kepada Lena cara mereka memandang dunia dengan ringkas. Mereka tidak dipusingkan dengan pernak-pernik yang membuat segala sesuatunya menjadi begitu ribet. Dan, setiap kali keluar dari kamar para mantannya, Lena selalu merasa harus menyadari sesuatu dari melihat kondisi kamar yang semacam itu. Bahwa pasangannya itu menuntut agar mereka tidak dituntut lebih jauh memahaminya sebagai seorang wanita. Alasannya hanya satu, mereka tercipta bukan sebagai seorang wanita. Mereka tidak akan mengerti tiap details-nya.

Di kamar Indra Lena melihat sebuah ranjang yang begitu besar, dengan sprei putih yang halus. Nuansa kamar lelaki yang elegan. Sebuah lukisan besar dengan corak yang diulang-ulang terpasang di dinding dekat panel tempat tidur. Lena tidak dapat menangkap gambar apa pada lukisan itu tetapi ia seolah dapat melihat gambar itu bergerak dalam rangkaian warna biru yang mendominasi. Sentuhan mewah yang klasik hadir di ruang tidur Indra, dengan meja yang panjang di seberang ranjang. Tidak terdapat televisi di kamar Indra namun beberapa buku tebal yang semuanya bercover tebal tertumpuk rapi di sisi pinggir, ditemani sebuah vas kaca yang manis berisi tiga tangkai bunga plastik menyerupai tulip putih.

Wardrobe Indra sangat besar, yang Lena pun serasa ingin memilikinya. Pintu-pintu lemari itu merupakan kaca besar yang membuat Lena dapat melihat dengan jelas pantulan dirinya tengah bersama Indra, berdua di depan sebuah tempat tidur. Lena sedikit tersipu menyadari hal itu.

Mereka berdiri di atas sebuah karpet lembut berwarna cokelat susu. Saat Lena tengah menunduk untuk melihat –bulu-bulu karpetnya yang menyerupai bulu anggora, Indra berjalan mendekatinya. Dari belakang Indra perlahan menyibakkan geraian rambut panjang Lena.

Lena masih berdiri diam, seperti patung yang takkuasa bergerak. Hanya degupan jantung yang semakin kuat ia rasakan. Indra dengan sangat pelan dan berhati-hati mengalungkan sebuah kalung emas dengan liontin berbentuk hati yang mengkilap.

“Apakah ini hadiah darimu, Indra?”

“Satu lagi, Lena,” suara Indra sekeras bisikan. Setelah kalung itu dapat ia kenakan kepada Lena, Indra meminta Lena melihat ke arah kaca. Indra sebentar menemani Lena berdiam hanya untuk mengagumi dirinya yang tampil lebih bersinar setelah mengenakan kalung itu.

Indra berjalan ke arah meja panjang. Sebuah kotak berpita yang terdapat di atas meja panjangnya itu ternyata bukan sekadar ornament yang mempercantik kamar Indra. Itu adalah kotak yang membungkus hadiah dari Indra.

“Aku membelikanmu ini,” Indra kembali kepada Lena untuk menyerahkan kotak berwarna pastel itu. “Aku tidak tahu kenapa setiap waktuku tidak bisa berhenti memikirkanmu.”

Lena merasakan degupan jantungnya semakin terpacu. Ia berusaha menahan diri untuk tidak mendesahkan nafas yang terdengar sangat berat. “Aku boleh membukanya?” tanyanya lirih.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun