Mohon tunggu...
Igniz Patristiane
Igniz Patristiane Mohon Tunggu... -

kerja, kuliah, me-time. perpaduan dari legitnya seduhan panas vanilla latte dengan topping whipped cream pada pagi hari yang dingin. dengan menulis di waktu senggang serasa menikmati roti bakar selai nanas dengan taburan keju bagiku :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Lena

24 April 2017   14:18 Diperbarui: 25 April 2017   02:00 1064
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sudah lima hari Indra tidak menghubunginya. Lena sendiri juga tidak lagi melewati mall untuk menuju halte setiap pulang bekerja.

“Baiklah, Ibu, aku rasa untuk hal ini, memang harus menuruti keinginanku,” Maya bersiap mengakhiri perbincangannya dengan Ibunya. “Vera sendiri juga menyukai hidangan pembuka itu. Kue pastel dan kroket kentang yang lembut. Percayalah, itu sangat enak.”

Lena melihat Maya mematikan sambungan telepon. “Oya, Lena, kamu pasti datang, kan?”

Lena mengangguk. Ia menoleh dan tersenyum ke arah Maya.

Maya mengerling, ia seperti ingin sedikit menggoda Lena, “Apakah kamu akan datang dengan pria yang tempo hari kemari?”

Lena menggeleng. “Aku akan menemanimu, Maya,” dan, seketika tangan Maya yang terbentang siap memeluknya dengan riang.

Pesta pernikahan Vera mengacu pada pesta adat Jawa. Lena tahu bahwa sebelum pesta yang tengah ia hadiri itu, kedua mempelai telah melewati beberapa rangkaian acara yang padat. Lena duduk di deretan kursi tamu keluarga, di sebelah Maya. Mereka melihat urut-urutan acara, dari mulai Vera dengan baju pengantinnya yang berwarna dominan emas duduk sendirian di singgasana. Keluarga mempelai pria datang berarak dan berdiri di muka pintu. Vera tampak menjemput suaminya, didampingi dua orang wanita bersanggul dengan kebaya warna senada.

Terjadi percakapan dalam bahasa Jawa dari dua orang lelaki tua yang berhadapan dengan membawa mikrofon. Mereka terlihat seperti orang yang tengah berpidato dalam bahasa yang mungkin sebagian dari para tamu tidak mengerti maknanya. Setelah itu, terdengar gending musik Jawa kembali, dan mempelai bersiap untuk prosesi pecah telur.

Lena diam memperhatikan. Ia teringat dengan acara-acara pernikahan adat Jawa lain yang pernah ia hadiri. Ada acara mereka berlutut, seperti hendak menyembah orang tua mereka. Begitu lah pernikahan dihargai di kalangan orang Jawa. Pernikahan yang begitu sakral. Yang dilakukan harus dengan mendapat restu kedua orang tua sebelumnya. Yang mana pernikahan akan membuat keluarga dari kedua mempelai dapat melanjutkan keturunannya.

Saat Lena mengetahui prosesi kacar kucur, di mana mempelai pria menuangkan koin-koin logam yang melambangkan penghasilannya ke pangkuan istrinya, ia menghembuskan nafasnya. Ia harus menyadari juga akan hal itu. seorang lelaki yang menikah bertanggung jawab penuh terhadap penghidupan wanita yang ia nikahi.

“Lena, makanlah, hidangan ini enak,” ucapan Maya memecahkan lamunan Lena. Di tangan Lena telah membawa sebuah piring kertas berwarna emas berisi kue pastel dan kroket kentang. Ia seketika teringat saat Maya dan Ibunya sibuk membahas menu hidangan yang akan disajikan di pesta pernikahan adik Maya itu. Suatu pernikahan yang ternyata melibatkan semua dari anggota keluarga Vera. Dan, prosesi-prosesi itu. semua menyentuh kedalaman hati Lena.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun