Mohon tunggu...
Igniz Patristiane
Igniz Patristiane Mohon Tunggu... -

kerja, kuliah, me-time. perpaduan dari legitnya seduhan panas vanilla latte dengan topping whipped cream pada pagi hari yang dingin. dengan menulis di waktu senggang serasa menikmati roti bakar selai nanas dengan taburan keju bagiku :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Lena

24 April 2017   14:18 Diperbarui: 25 April 2017   02:00 1064
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

*          *          *

Maya semakin tampak kusut. Dengan uraian cerita-cerita akan persiapan menjelang pernikahan yang sedang dijalani adiknya semata wayang. Tidak bisa dipungkiri, Maya memang sedang merasa tersisih. Ia merasa tidak terlalu diberkati sehingga adiknyalah yang terlebih dahulu dijemput oleh jodohnya.

Seperti hari ini Maya menampakkan raut murung sepanjang hari. Hanya pada saat ada pelanggan datang ia memasang senyum yang dipaksakan. Semua pegawai di dalam kantor itu juga sudah mulai menjaga jarak dengan Maya. Mereka tidak banyak mengajak Maya berbicara karena kemungkinan besar jawaban dari Maya akan membuat suasana hati mereka ikut terbawa suram.

Lena tidak terlalu menggubris Maya. Kali ini ia lebih banyak memusatkan energinya untuk bayangan-bayangan yang ia ciptakan sendiri. Bayangan-bayangan itu semanis harumnya parfum floral bercampur tuty fruty yang pernah ia tahu sewaktu berkunjung ke Seibu.

Saat jam makan, Lena mendengar Maya menerima telepon dari adiknya. Nada halus yang dipaksakan. Tampaknya adiknya sedang flu berat. “Mungkin karena kamu terlalu memaksakan segala persiapannya menjadi sempurna. Sekarang kamu makan siang dulu saja dan beristirahatlah. Aku akan membawakan obat untukmu sepulang kerja.”

Lena tersenyum kecil. Bagaimanapun juga Maya adalah seorang kakak dan ia tidak bisa seratus persen membenci adiknya yang akan melangsungkan pernikahan sebelum dirinya.

Saat itu Lena sendiri juga sedang menerima telepon dari Indra. Ia mendengarkan Indra yang tengah bercerita tentang orang-orang di kantornya yang sangat menghormatinya. Ada seorang staff wanita yang bahkan membagi roti sandwich-nya untuk makan siang bersama Indra.

“Kau menerimanya?”

“Aku sudah menghabiskan dua kerat roti untuk sarapan, Lena,” nada renyah Indra terdengar begitu menyenangkan di telinga Lena. Setelah seminggu mereka menjadi begitu akrab.

Hal yang tidak disadari Lena tetapi telah ia ketahui adalah Indra sudah memiliki seorang istri. Ia menceritakannya di malam pertemuan mereka yang ketiga. Seperti pertemuan kedua, di mana Lena berjalan menyusuri deretan rak-rak buku di Gramedia hanya untuk melihat-lihat sekaligus mendekati pintu keluar dan menuju lift untuk keluar dari Gedung Menara itu. Indra selalu dapat menemukannya, dengan selalu tampak membawa buku yang dibacanya seperti sedang berada di sebuah perpustakaan.

Mereka makan malam bersama dan hal itu sudah mulai menjadi rutinitas mereka. Indra akan bertanya bagaimana kesibukan Lena di kantor seharian itu. Ia mulai membuat suasana pertemanan baru mereka terasa begitu intim.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun