Mohon tunggu...
M. A. Ulin Nuha
M. A. Ulin Nuha Mohon Tunggu... Penulis Kadang Kolo

Belajar Oret-oretan, menggoreskan sebuah tinta pelan-pelan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sejarah Peradaban Islam: Irak

15 Juli 2025   14:35 Diperbarui: 16 Juli 2025   00:27 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Daulah Aghlabiyah (184-289 H)

Daulah Aghlabiyah adalah kerajaan yang didirikan oleh Ibrahim bin Aghlab pada tahun 184 Hijriah dan bertahan hingga tahun 289 Hijriah. Nama kerajaan ini diambil dari nama pendirinya, Ibrahim bin Aghlab, yang awalnya menjabat sebagai gubernur di wilayah Afrika. Pada masa itu, wilayah Afrika tengah mengalami kekacauan, dan Ibrahim bin Aghlab, yang diangkat oleh Khalifah ar-Rasyid, mengemban tugas berat sebagai penguasa wilayah tersebut. Sejak awal menjabat sebagai gubernur, Ibrahim memiliki ambisi untuk mendirikan kerajaan yang diperintah oleh dirinya dan keturunannya. Meskipun ambisi ini disadari oleh ar-Rasyid, beliau membiarkannya karena Ibrahim dianggap sebagai penghalang antara Daulah Abbasiyah dan wilayah tersebut. Kekuasaan Ibrahim semakin berkembang, dan ia mulai bertindak layaknya seorang raja yang merdeka meskipun tetap berpidato atas nama Daulah Abbasiyah.

Selama masa pemerintahan Daulah Aghlabiyah, banyak pemberontakan yang berhasil dipadamkan, dan beberapa penguasa kerajaan ini dikenal berhasil menegakkan keadilan. Salah satunya adalah Ibrahim II (261 H - 289 H), yang terkenal adil dan bijaksana. Setiap hari Kamis dan Jumat, Ibrahim II duduk di Masjid Qarawiyyin untuk mendengarkan pengaduan rakyat dan menyelesaikan perselisihan dengan adil. Bahkan, ia menyedekahkan seluruh hartanya dan mewakafkan segala miliknya demi kesejahteraan umat.

Daulah Aghlabiyah juga dikenal karena kegiatan invasi dan jihadnya. Sejak awal berdirinya, kerajaan ini melakukan penyerbuan ke pulau Sisilia, yang dipimpin oleh Panglima Asad bin Al Furat, seorang sahabat Imam Malik. Penyerbuan ke Sisilia berhasil menguasai pulau tersebut pada tahun 264 Hijriah. Pada tahun 232 Hijriah, Pangeran Ahmad melakukan invasi ke selatan Italia sebagai balasan atas serangan bangsa Italia ke pantai-pantai Daulah Aghlabiyah. Pasukan Aghlabiyah bahkan berhasil menguasai Roma selama dua bulan sebelum akhirnya terpaksa mundur setelah datangnya bala bantuan dari pihak Kristen.

Selama masa pemerintahan Daulah Aghlabiyah, banyak proyek pembangunan yang dilaksanakan, salah satunya adalah pembangunan Masjid Az-Zaitunah, yang hingga kini menjadi salah satu masjid terbesar di dunia. Uqbah bin Nafi' juga memperluas pengaruh kerajaan dengan membangun kota Raqadah dan istana-istana besar di sana. Selain itu, Ibrahim II membangun jaringan pos penjagaan di sepanjang pesisir, lengkap dengan menara api sebagai sistem komunikasi yang efisien. Daulah Aghlabiyah memainkan peran penting dalam sejarah Islam, baik dalam aspek pemerintahan, ekonomi, dan militer, serta berkontribusi pada perkembangan peradaban Islam di Afrika Utara.

Daulah Bani Zeri (262-547 H)

Daulah Bani Zeri didirikan oleh Zeri bin Munadin al-Shanhaji, seorang pemimpin dari kabilah Barbar marga Shanhaji. Kerajaan ini menjadi kuat berkat bantuan Dinasti Fatimiyah yang mengangkat anak Zeri, Balkin Yusuf Abul Futuh, sebagai representatif Fatimiyah di wilayah Maghrib. Pada masa Balkin, penduduk Maghrib Aqsa memberontak terhadap Fatimiyah dan berpidato atas nama Dinasti Umayyah di Andalusia.

Setelah Yusuf Balkin meninggal pada tahun 373 Hijriah, ia digantikan oleh putranya, Al-Mansur, yang gagal dalam upaya mengembalikan kepatuhan suku Zanatih. Dengan bantuan Fatimiyah, Bani Zeri menjadi kerajaan pertama yang dibangun oleh bangsa Barbar setelah masuk Islam. Konflik internal antara keluarga Zeri, khususnya antara Badis dan pamannya Hammad, memicu peperangan pada tahun 406 Hijriah. Setelah beberapa pertempuran, Badis meninggal dan digantikan oleh Al Muiz bin Badis. Al Muiz kemudian memutuskan hubungan dengan Fatimiyah, menghapus pengaruh Syi'ah, dan menyatakan ketaatan kepada Dinasti Abbasiyah.

Pada masa Al Muiz, kerajaan berkembang pesat, dan banyak ulama serta sastrawan berkumpul di Qarawiyyin. Setelah Al Muiz meninggal pada tahun 454 Hijriah, putranya Tamim berkuasa, namun kekuasaan Bani Zeri mulai melemah. Kehilangan pulau Sisilia pada tahun 270 Hijriah dan serangan dari armada Al-Thalyani serta pasukan Romawi memperburuk keadaan. Pada tahun 543 Hijriah, pasukan Romawi menyerbu ibu kota Bani Zeri, Al-Mahdiyah, memaksa penguasa terakhir, Al Hasan bin Ali al-Shanhaji, untuk melarikan diri. Akhirnya, Dinasti Bani Zeri runtuh setelah 209 tahun berkuasa.

Daulah Thuluniyah (254-292 H)

Daulah Thuluniyah didirikan oleh Ahmad bin Tulun pada tahun 254 Hijriah dan bertahan hingga tahun 292 Hijriah. Ahmad bin Tulun, yang berasal dari Turki, dihadiahkan kepada Khalifah Al-Makmun dan tumbuh dalam lingkungan yang mengutamakan pendidikan dan keimanan. Ia diangkat sebagai gubernur Mesir pada tahun 254 Hijriah dan dikenal karena kebijaksanaannya, termasuk membangun Masjid Ibn Tulun dan mendirikan rumah sakit. Ahmad juga dikenal karena kedermawanannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun