Pestanya berlangsung seperti dugaan:
Ramai, penuh lampu kelap-kelip, musik disko, dan teman-teman sekolah yang datang pakai baju terbaik mereka.
Di ruang belakang rumah, ada layar besar dan sofa empuk.
Aku mengobrol dengan beberapa teman, makan sedikit, lalu keluar ke teras.
Tak lama, Marcel mendekat.
"Mau pulang sekarang?."
Aku menggeleng.
"Nggak usah. Aku pulang bareng Dinda, kebetulan searah."
Dia diam beberapa detik.
"Oh... okay. Ya udah, hati-hati ya."
Aku tersenyum kecil, tapi tak ada niat menoleh lagi.
Bab 3 -- Tukang Bolos, Nasi Padang H. Munir, dan Dunhill Menthol
"Kadang, yang bikin kita tertarik bukan siapa dia... tapi gimana dia bikin dunia jadi nggak sesempit itu-itu aja."
Hari itu Selasa.
Matahari nyolot banget. Udara lengket.
Dan entah kenapa, semua pelajaran hari itu terasa kayak fotokopi dari hari-hari sebelumnya.