"Mungkin enggak."
Lalu aku tertawa.
"Tapi itu bukan berarti kamu nggak pantas disukai, ya."
"Terus kenapa sekarang?"
Dia menatapku.
Aku menarik napas dalam-dalam.
"Karena kamu beda.
Kamu nunjukin hal-hal yang nggak pernah aku lihat sebelumnya.
Kamu nggak nyoba jadi orang lain. Dan kamu bikin aku merasa... nyaman."
Angga diam. Tapi dari ekspresi wajahnya, aku tahu, dia menyimpan kata-kata itu dalam-dalam.
Aku masih penasaran dengan isi hatinya. Jadi aku tanya,
“Kalau misalnya waktu itu aku nolak kamu, gimana?”
Angga menjawab sambil nyengir,
“Pertanyaan kamu dari tadi berat-berat semua. Nanti perahu kita tenggelam keberatan.”
“Cepet jawab!” kataku, pura-pura marah.
Senyum nakalnya kembali muncul setelah lama tak kulihat.
“Aku boleh ngerokok?” tanyanya.
“Boleh,” jawabku.