Kami makan sambil nonton. Gokil sih, pertama kalinya dalam hidupku makan bihun goreng panas-panas sambil nonton film layar lebar --- bukan popcorn, bukan Pepsi.
Di tengah-tengah film, sambil tanganku megang sumpit kayu dan mulut masih mengunyah, aku melirik dia dan mendadak berpikir:
"Banyak banget hal baru yang aku dapetin sejak kenal dia.
Mulai dari makan tempoyak, main perahu sore-sore, naik motor ke ujung bandara, lihat pesawat sambil ngopi berdua, duduk malam malam sambil makan jagung bakar di pinggir sungai, sampai sekarang --- makan bihun sambil nonton di bioskop yang bebas ngerokok...
Semuanya seru. Semuanya beda. Dan semuanya bikin aku... senang."
Dan saat Angga menyodorkan Gogo juice dari saku jaketnya, aku tersenyum.
"Seru kan?" katanya.
Aku hanya mengangguk.
Hatiku terasa ringan.
Bab 15 -- Kelulusan dan Langit yang Berbeda
Hari itu sekolah kami penuh bunga, pita-pita warna-warni, dan wajah-wajah penuh harap.
Pagi dimulai dengan upacara pelepasan siswa kelas 3. Semua murid duduk rapi di bawah tenda putih di lapangan. Seragam disetrika licin. Sepatu disemir. Wajah-wajah yang biasanya ribut di kelas, hari itu diam dan penuh arti. Beberapa teman bahkan menangis diam-diam saat lagu Hymne Guru diputar.
Angga duduk di sebelahku, memakai kemeja putih dengan celana abu-abu yang entah kenapa hari itu terlihat pas banget di tubuhnya. Rambutnya disisir ke belakang, tapi tetap saja beberapa helai jatuh di dahi. Senyum kecil terus ada di bibirnya sejak tadi.
Marcel ada di barisan depan. Duduk tegap. Wajahnya tenang, tapi aku tahu dia sedang menyiapkan diri untuk hal yang lebih besar.