Mohon tunggu...
bucek molen
bucek molen Mohon Tunggu... Konsultan

Pernah tinggal di banyak kota, mencintai beberapa orang, dan menyesali hampir semuanya. Menulis bukan untuk didengar, tapi agar suara-suara dalam kepala tak meledak diam-diam. Tidak sedang mencari pengakuan, hanya menaruh serpihan hidup di tempat yang tidak terlalu ramai.

Selanjutnya

Tutup

Roman

Cinta Segitiga yang Aneh di Sekolah Favorit

10 Juli 2025   14:22 Diperbarui: 12 September 2025   07:03 1227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sesaat sebelum proklamasi by kasep foro

Kami makan sambil nonton. Gokil sih, pertama kalinya dalam hidupku makan bihun goreng panas-panas sambil nonton film layar lebar --- bukan popcorn, bukan Pepsi.

Di tengah-tengah film, sambil tanganku megang sumpit kayu dan mulut masih mengunyah, aku melirik dia dan mendadak berpikir:

"Banyak banget hal baru yang aku dapetin sejak kenal dia.
Mulai dari makan tempoyak, main perahu sore-sore, naik motor ke ujung bandara, lihat pesawat sambil ngopi berdua, duduk malam malam sambil makan jagung bakar di pinggir sungai, sampai sekarang --- makan bihun sambil nonton di bioskop yang bebas ngerokok...
Semuanya seru. Semuanya beda. Dan semuanya bikin aku... senang."

Dan saat Angga menyodorkan Gogo juice dari saku jaketnya, aku tersenyum.

"Seru kan?" katanya.
Aku hanya mengangguk.

Hatiku terasa ringan.

Bab 15 -- Kelulusan dan Langit yang Berbeda

Hari itu sekolah kami penuh bunga, pita-pita warna-warni, dan wajah-wajah penuh harap.

Pagi dimulai dengan upacara pelepasan siswa kelas 3. Semua murid duduk rapi di bawah tenda putih di lapangan. Seragam disetrika licin. Sepatu disemir. Wajah-wajah yang biasanya ribut di kelas, hari itu diam dan penuh arti. Beberapa teman bahkan menangis diam-diam saat lagu Hymne Guru diputar.

Angga duduk di sebelahku, memakai kemeja putih dengan celana abu-abu yang entah kenapa hari itu terlihat pas banget di tubuhnya. Rambutnya disisir ke belakang, tapi tetap saja beberapa helai jatuh di dahi. Senyum kecil terus ada di bibirnya sejak tadi.

Marcel ada di barisan depan. Duduk tegap. Wajahnya tenang, tapi aku tahu dia sedang menyiapkan diri untuk hal yang lebih besar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun