Aku dan Marcel berdiri berdampingan. Tersenyum ke kamera.
Klik.
Aku tahu, foto itu mungkin akan jadi satu-satunya kenangan visual kami bertiga. Dan anehnya, aku bersyukur. Karena semuanya bisa ditutup dengan baik.
Setelah sesi foto selesai, Marcel menatap kami berdua.
"Semoga kalian bahagia, ya," katanya tulus.
Aku mengangguk pelan. "Kamu juga, Marcel."
Hari itu, tidak ada air mata. Tidak juga pelukan panjang. Tapi ada yang lebih tulus dari semua itu: penerimaan.
Dan mungkin... perpisahan yang baik, adalah saat semua orang bisa berjalan ke masa depan tanpa dendam di punggung.
Beberapa menit kemudian, saat suasana mulai lebih cair, Echa tiba-tiba muncul dari kerumunan dan menarik lengan Angga.
"Eh, Ga... foto berdua, yuk."
Angga sempat bingung. Tapi akhirnya mengangguk.
Setelah beberapa detik hening, Echa menatap Angga agak lama. Tatapan yang seperti sedang mengunci sebuah momen agar tak mudah lepas dari ingatan.