Namun terjadi insiden dalam episode penyembahan anak sapi, di mana Harun gagal mencegah kemusyrikan Bani Israil. Musa menegur keras Harun, bahkan menarik janggutnya (QS. Thaha: 94). Ini menandakan adanya konflik kepemimpinan sementara, tetapi segera diredakan oleh afeksi dan saling pengertian.
b. Musa dan Khidir: Relasi Guru-Murid Spiritual
Musa belajar dari Khidir untuk memahami "ilmu di balik tirai realitas." Namun Musa gagal menahan pertanyaan dan kritik atas tindakan Khidir.
Hubungan mereka menunjukkan kesamaan visi dalam mencari kebenaran (sepikiran), namun perbedaan level pemahaman menyebabkan ketidakseimbangan emosional (tidak sehati), berujung pada pemisahan baik-baik.
Ini mencerminkan bahwa konflik epistemik dapat diatasi tanpa permusuhan personal, selama ada adab belajar dan kerendahan hati.
c. Musa dan Syuaib: Relasi Sosial-Profetik
Musa bekerja pada Syuaib dan kemudian menikahi putrinya. Relasi ini dibangun atas kepercayaan, kontrak sosial, dan pengakuan terhadap karakter Musa.
Tidak ditemukan konflik mencolok dalam relasi ini, menandakan bahwa ikatan emosional yang kuat (mertua-menantu) serta kejelasan peran sosial dapat menciptakan keharmonisan meskipun belum tentu terjadi keselarasan penuh dalam visi kenabian (karena Syuaib tidak terlibat langsung dalam misi Musa di Mesir).
5.3 Kasus Ali dan Aisyah: Luka Pribadi dalam Fitnah Politik
Dimensi Personal:
Dalam kasus ifk (fitnah terhadap Aisyah), Ali memberikan saran kepada Nabi untuk menceraikan Aisyah jika terbukti bersalah, sebagai bentuk perlindungan terhadap kehormatan Nabi.