Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Formulasi Model Resolusi Konflik Profetik Berbasis Dinamika Persahabatan

17 April 2025   09:02 Diperbarui: 17 April 2025   09:02 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

2. Sehati tapi Tidak Sepikiran (Emotional Alliance, Ideological Divergence)

Karakteristik: Ada kedekatan afektif atau kekeluargaan yang kuat, tetapi perbedaan pandangan dalam strategi, taktik, atau tafsir nilai. Potensi konflik bersifat kognitif, tetapi bisa diredam oleh loyalitas emosional.

Contoh:

Utsman dan Ali: Keduanya saling menghormati secara pribadi. Ali membela kehormatan Utsman di saat-saat akhir, namun terdapat perbedaan tajam dalam pengelolaan kekuasaan, terutama terkait nepotisme Bani Umayyah yang dilakukan Utsman.

Musa dan Syuaib: Meskipun Syuaib adalah mertua Musa dan sosok bijak yang memberi naungan, tidak ada indikasi bahwa mereka sepikiran dalam seluruh aspek misi profetik. Namun, ikatan emosional (nikah) memperkuat hubungan dan menutup ruang konflik terbuka.

3. Sepikiran tapi Tidak Sehati (Strategic Alliance, Emotional Fragility)

Karakteristik: Terdapat kesamaan dalam agenda, namun hubungan personal rapuh. Potensi konflik muncul dari ketidakpercayaan, kesalahpahaman, atau luka emosional yang belum sembuh.

Contoh:

Ali dan Aisyah: Keduanya menjunjung tinggi nilai-nilai Islam dan punya visi memperbaiki umat, namun hubungan mereka terguncang oleh sejarah masa lalu (kasus ifk) dan akhirnya meletus dalam konflik bersenjata di Perang Jamal. Mereka sepikiran dalam membela Islam, tapi tidak sehati karena luka pribadi.

Musa dan Khidir: Secara misi (menjalankan perintah Allah), keduanya sejajar. Namun Musa kesulitan memahami metode Khidir, dan hubungan mereka tidak berlangsung harmonis secara emosional. Ketegangan muncul dari ketidaksesuaian ekspektasi dan level epistemik.

4. Tidak Sehati dan Tidak Sepikiran (Conflict Zone)

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun