Karakteristik: Relasi ini berada dalam wilayah disonansi penuh. Tidak ada dasar emosional maupun kesamaan visi. Jika tidak ditangani secara profetik, relasi ini cenderung meledak dalam konflik terbuka dan berkepanjangan.
Contoh:
Ali vs. Muawiyah (Awal Konflik Siffin): Dalam fase-fase awal, relasi ini nyaris tidak memiliki kesamaan dalam pendekatan terhadap keadilan pasca pembunuhan Utsman, juga tidak dilandasi ikatan afektif yang kuat. Maka konflik pun menjadi berkepanjangan dan politis.
Kaum Bani Israil dengan Musa: Banyak dari mereka menolak keras visi Musa, bahkan ingin kembali ke Mesir. Tidak ada keselarasan visi maupun rasa percaya. Musa menghadapi konflik terus-menerus dalam kelompok ini.
4.3. Implikasi Konseptual
Pemetaan ini menunjukkan bahwa konflik tidak selalu muncul karena perbedaan visi semata, melainkan seringkali diperparah oleh retaknya afinitas emosional. Sebaliknya, perbedaan pemikiran dapat dijembatani oleh hati yang tulus dan saling percaya. Maka, dalam pendekatan profetik, resolusi konflik tidak cukup dengan debat rasional, tetapi juga membutuhkan penyembuhan emosional dan rekonsiliasi batin.
5. Studi Kasus dan Analisis Historis
5.1 Persahabatan Empat Khulafaur Rasyidin
Keempat sahabat utama Nabi Muhammad SAW---Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali---menunjukkan dinamika relasi yang kompleks dan mencerminkan ketahanan ukhuwah dalam menghadapi tekanan sejarah dan politik.
Keseimbangan Karakter dan Solidaritas:
Abu Bakar dikenal sebagai sosok lembut, penyabar, dan penuh hikmah, cocok menjadi penenang dalam masa-masa transisi awal pasca wafat Nabi.