Mohon tunggu...
MIRANDA NASUTION
MIRANDA NASUTION Mohon Tunggu... Konsultan - Saya perempuan yang hobi menari. Saya anak ragil dari pasangan Alm. Aswan Nst dan Almh Tati Said. Saya punya impian menjadi orang sukses. Motto hidup saya adalah hargai hidup agar hidup menghargai Anda.

Tamatan FISIP USU Departemen Ilmu Komunikasi tahun 2007, pengalaman sebagai adm di collection suatu bank, dan agen asuransi PT. Asuransi Cigna, Tbk di Medan. Finalis Bintang TV 2011 oleh Youngth's management. Pimpinan Redaksi Cilik tahun 2002-2003 (Tabloid Laskar Smunsa Medan).

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Putri Rembulan (Novel Klasik Keluarga)

26 Agustus 2018   16:44 Diperbarui: 3 September 2019   17:01 1998
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Babak pertama dilakukan dengan mengajukan pertanyaan seputar ilmu negara dan ilmu budi pekerti. Rakyat manggut-manggut mendengar jawaban calon pendamping putri. Dari pertanyaan ini raja bisa mengetahui perilaku para peserta. Bahkan raja  melihat kejujuran dari jawaban tersebut. Lalu, hanya peserta yang jujurlah yang boleh mengikuti laga tanding bela diri. Di mana sebelumnya di babak kualifikasi sudah diuji bahwa ilmu beladiri semua peserta memenuhi standar. Laga tanding bela diri ini dinilai dari jurus yang dikuasai dan laga ini dibatasi waktu tertentu. Sayembara ini berjalan selama tiga hari.

                                                                                                                                                            """"

            Perjalanan putra dan putri raja semakin menyenangkan dengan kehadiran Andi. Lalu tibalah saatnya sang pendekar memberanikan diri untuk mengajak sahabat barunya berlayar ke sebuah pulau kecil. Para pengawal menurut saja ketika pangeran Naga Buana memerintahkan singgah di pulau tersebut.

            "Sobat, kalian jangan terkejut kalau di sana indah dan ada kapal yang jauh lebih besar dari kapal ini. Aku sudah tujuh kali mengunjungi pulau ini dengan kapal tersebut," jelas Andi bersemangat.  "Tujuh kali?" Tanya putri Rembulan tidak percaya. "Apa yang mendorongmu untuk singgah ke pulau ini? Apa karena keindahannya saja?"  Tanya Naga Swara ingin tahu. "Bukan karena itu saja, tetapi karena ayahandaku mengajari aku untuk mencintai lautan. Kenikmatan melintasi lautan dengan ketekunan dan kesabaran lebih besar, daripada dengan menggunakan ilmu melintasi samudera," jawab sang pendekar.

            Perjalanan ini langsung dengan kemudi sang pendekar. Ternyata Andi tidak hanya pendekar, tetapi juga sang pelaut handal. Ini sudah dibuktikan sendiri oleh mereka semua ketika Andi membantu menghadapi cuaca buruk di kapal. 

            Tibalah mereka di pulau yang sangat indah itu, Andi dan Rembulan tersenyum. Terlebih di hati mereka, mungkin mereka membayangkan berbulan madu di pulau ini. "Wah indah sekali ya pulaunya. Kami sangat beruntung berkesempatan mengunjungi pulau ini," ungkap Rembulan dengan senang.  "Aah saya rasa putra dan putri raja memiliki banyak tempat untuk dikunjungi. Di mana keindahan tempat-tempat tersebut bisa saja menandingi pulau ini," terang Andi.  "Pulau indah mata menjadi teduh dan irama kehidupan begitu mengalir lembut dan membuai hati para insan," lanjut Naga Swarna yang selalu puitis.


            "Saya tahu maksud pendekar. Maksudnya alangkah baiknya kita selalu melihat keadaan rakyat dan tempat-tempat yang belum dikunjungi, agar rasa kekaguman terhadap ciptaan Tuhan bertambah, dan kita semakin menjadi hamba yang bersyukur dan mau tahu kondisi sesamanya," opini Naga Buana.  "Dan alangkah baiknya kita segera melihat sekeliling," Naga Swara menengahi, kemudian dia bernyanyi riang. "Mohon maaf pangeran bertiga dan putri Rembulan saya cuma mau mengatakan agar tidak lupa menunjukkan sikap yang baik di tempat ini," kata pendekar khidmat.

            Beberapa menit lamanya kelima saudara ini tidak berbicara, yang tampak hanya ekspresi kekaguman.  "Sebentar lagi saya akan menunjukkan kapal yang lebih besar dari kapal milik Joko Boyo. Itu dia," tunjuk Andi lalu berlari menuju kapal tersebut. Andi sangat merindukan kapal tersebut. Putra dan putri raja pun turut berlari, dan diikuti para pengawal pangeran dan dayang Larasati. Sedangkan Joko Boyo dan pengawalnya tetap di kapal, yang dipakai untuk menjemput para pangeran. Akan tetapi, alangkah terkejutnya mereka karena melihat ada kapal lain yang hampir sama besarnya, dengan kapal milik Andi, tetapi dengan ornamen yang berbeda. Tampaknya kapal tersebut baru tiba.

            "Assalamu'alaikum," kata seseorang di belakang mereka. "Walaikum salam," sahut Andi Maulana. "Ternyata pulau ini semakin banyak yang mengakui keindahannya, karena banyak yang singgah kemari," lanjut Andi. "Izinkan saya memperkenalkan diri, saya Ahmad Thoriq. Saya berasal dari Arab," orang asing itu memperkenalkan diri dengan bahasa Indonesia yang cukup fasih. "Saya bernama Andi Maulana, yang lain adalah Naga Buana, Naga Swara, Naga Swarna, Rembulan, Ratna Jelita," jelas Andi sambil menunjuk orang yang dimaksud.

"Petang bentar lagi menyapa, waktu ashar pun akan tiba. Bagaimana kalau kalian bersaudara menginap di tenda kami," Thoriq menambahkan.  "Boleh. Sudah berapa lama saudara sampai di pulau ini?" tanya pendekar kepada sang Arab. "Sudah dua hari. Dari sini kami berencana pergi ke pulau Jawa. Kami ingin berdagang," jelas sang Arab. "Wah, semua barang dagangan ada di kapal tersebut?" Naga Swara dan Rembulan serentak buka suara. "Na'am," sang arab mengangguk. "Wah, berani sekali. Berarti pulau ini memang aman ya," peka Rembulan sambil membayangkan barang dagangan yang indah-indah. "Insya Allah, tapi dari tenda saya dan teman-teman bisa mengawasi. Di dalam kapal juga ada yang menjaga," kata Thoriq menjawab kekhawatiran saudara-saudara yang baru dia kenal belum sejam lamanya itu.  "Teman-teman yang lain tidak kelihatan ya?" Rembulan penasaran.

            Tidak berapa lama kemudian mereka sudah sampai di tempat yang dikatakan tuan Thoriq tadi. Putri Rembulan senang melihat ada seorang perempuan Arab, yang sangat cantik ada di depannya berjarak kira-kira dua meter. Putri senang karena berarti teman perempuannya akan bertambah. Dia dan Dayang Ratna Jelita tidak akan kesepian lagi. Di dalam tempat yang sudah seperti pondok tersebut, Rembulan melihat ada dua orang lainnya yang bersorban. Rembulan teringat kata tuan Thoriq, mereka akan diajak ke tenda mereka, mungkin sang Arab merendah atau lupa salah satu kata dalam bahasa Indonesia yang merujuk kepada tempat tinggal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun