""""
         Pangeran Naga Swarna dan Naga Swara begitu sibuk. Sebenarnya saat itu pangeran Naga Swaralah yang lebih sibuk. Pangeran Naga Swarna hanya menemani saja. Di halaman depan istana pangeran Naga Swara, mereka menyiapkan suatu pementasan seni. Pangeran Naga Swara selalu mengulang-ulang lagu karyanya sendiri.
"Bagaimana pendapatmu kakanda?" tanya pangeran Naga Swara
"Tetap sama. Bagus sekali, adikku. Aku yakin kau akan semakin terkenal."
"Tolong beri pendapat lainnya, kakanda."
      Naga Swarna melamun sehingga tidak mendengar apa yang dikatakan oleh pangeran Naga Swara. Entah mengapa Naga Swarna merasa yang sedang menyanyi adalah seorang wanita cantik. Dia melihat ke arah adiknya, " Kau cantik sekali adinda. Suaramu juga bagus sekali. Siapakah nama adinda?"
" Kakanda, kakanda. Aku adikmu. Namaku Naga Swara," seraya mengerling-ngerlingkan matanya dan tersenyum seperti seorang wanita.
                                                                              """"
      Pementasan seni pun berlangsung. Pementasan ini sengaja diadakan sebagai hiburan rakyat. Rakyat-rakyat yang berbakat ditampung di acara ini untuk menunjukkan bakat-bakat mereka. Umbul-umbul melambai-lambai dan berkibar-kibar. Pangeran Naga Swarna mengawali tepuk tangan atas penampilan adiknya. Diikuti oleh tepukan yang lebih meriah dan sangat meriah oleh para saudara dan hadirin. Rakyat yang hadir tak mau kalah, mereka berpakaian yang indah-indah.
      Pangeran Naga Swara benar-benar menjiwai dan tampil secara maksimal. Beliau memainkan alat musik dengan begitu sempurna dan suaranya tak terganggu sedikit pun juga. Putri Cempaka dan suami terkagum-kagum. Sayang sekali putri Rembulan tidak bisa menghadiri, karena mengingat kondisi diri yang sedang hamil muda. Pangeran Naga Gledek dan putri Melati merasa gembira. Apalagi laskar wanita akan tampil juga.
"Penampilannya jauh lebih baik dari ketika berlatih," Pangeran Naga swara berargumen.