Mohon tunggu...
MIRANDA NASUTION
MIRANDA NASUTION Mohon Tunggu... Konsultan - Saya perempuan yang hobi menari. Saya anak ragil dari pasangan Alm. Aswan Nst dan Almh Tati Said. Saya punya impian menjadi orang sukses. Motto hidup saya adalah hargai hidup agar hidup menghargai Anda.

Tamatan FISIP USU Departemen Ilmu Komunikasi tahun 2007, pengalaman sebagai adm di collection suatu bank, dan agen asuransi PT. Asuransi Cigna, Tbk di Medan. Finalis Bintang TV 2011 oleh Youngth's management. Pimpinan Redaksi Cilik tahun 2002-2003 (Tabloid Laskar Smunsa Medan).

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Putri Rembulan (Novel Klasik Keluarga)

26 Agustus 2018   16:44 Diperbarui: 3 September 2019   17:01 1998
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

BAB XVIII

MENGARUNGI SAMUDERA. NEGERI CINA, MONGOLIA, DAN RUSIA

            Setelah sampai di Cina Mereka merasa gamang karena terbiasa di laut. Mereka berjalan. Melihat kehidupan di daratan, membuat mereka berpikir tentang keluarga. Salah satu pengawal  pangeran berkata," Pangeran bukannya ini saat yang tepat untuk melarikan diri?" Pangeran berkata pula, "Oh ya sesampainya di penginapan aku harus menulis surat."  Para pejalan kaki lainnya memandang aneh dengan mereka. Di penginapan, pangeran menulis surat. "Istriku sayang, sekarang aku sedang berada di darat. Aku melihat suku bangsa lainnya. Temanku mengajakku ke Mongolia, katanya banyak pengembala di sana. Aku akan bawakan oleh-oleh dari sana sayang. Maafkan aku sayang, aku baru bisa menulis surat lagi. Aku berharap negeri kita semakin jaya. Terutama, perdagangannya seperti di sini."

    "Aku tidak  lupa menjaga diri dan kesehatan. Kau juga tentunya. Pasukanku pun menulis surat untuk keluarganya. Kau tidak marah denganku kan? Aku sangat tertarik dan merindukan kalian. Keindahan negeri ini  bisa menyaingi keindahan negeri kita." Tiba tiba ada yang mengetok pintu. Ternyata nakhoda.

"Aku tidak senang dengan salah satu pasukanmu. Dia ingin melarikan diri." Nakhoda berbicara seraya membawakan pengawal yang dimaksud.

"Mengapa kau bertindak terlalu cepat? Aku minta maaf atas kondisi ini. Kalian pasti merindukan keluarga kalian."


"Maksudmu kau mau melarikan diri juga?"tanya nakhoda penasaran dan gemas. 

"Aku bermaksud setelah dari Mongolia, aku kembali ke negeriku Makassar."

"Aku tidak terima. Aku tidak menginzinkanmu untuk kembali. Aku ingin kau berlayar lagi, karena itu memang kebiasaanmu. Apalagi itu artinya kau akan meninggalkanku. Ayolah kawan? Aku sebatang kara"

"Aku sudah bertobat untuk meninggalkan keluarga. Sejak muda aku sudah melakukannya, karena itu aku sudah menjelajahi ratusan pulau."

"Memang kau masih muda."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun