Mohon tunggu...
MIRANDA NASUTION
MIRANDA NASUTION Mohon Tunggu... Konsultan - Saya perempuan yang hobi menari. Saya anak ragil dari pasangan Alm. Aswan Nst dan Almh Tati Said. Saya punya impian menjadi orang sukses. Motto hidup saya adalah hargai hidup agar hidup menghargai Anda.

Tamatan FISIP USU Departemen Ilmu Komunikasi tahun 2007, pengalaman sebagai adm di collection suatu bank, dan agen asuransi PT. Asuransi Cigna, Tbk di Medan. Finalis Bintang TV 2011 oleh Youngth's management. Pimpinan Redaksi Cilik tahun 2002-2003 (Tabloid Laskar Smunsa Medan).

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Putri Rembulan (Novel Klasik Keluarga)

26 Agustus 2018   16:44 Diperbarui: 3 September 2019   17:01 1998
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                 "Selamat datang anakku di perguruanku. Silakan duduk. Aku akan panggilkan calon istrimu," pendekar wanita berkata dengan senang sekali mengejutkan pangeran ketiga. Suara itu berasal dari arah depan. Ternyata pangeran sudah berdiri di depan gedung utama.  "Baik, tetapi ingat saya belum memutuskan," balas Naga Gledek tegas. "Ini minumnya, pangeran Naga Gledek," kedua mata pun bertemu dan kedua insan sepertinya saling tertarik. "Siapa yang menugaskanmu menghidangkan air minum untuk pangeran,"  kata pendekar wanita dan melanjutkan, "Kau harus menjaga diri. Kau akan menjadi istri menteri pertahanan."  

              "Apa? Akan menjadi istri menteri pertahanan?" pangeran Naga Gledek tersadar. "Sudahlah, ini dia muridku. Cantikkan?" Naga Gledek tertegun sebentar . "Sudah berapa lama kau menjadi murid pendekar wanita?" tanya pangeran ketiga. "Sejak kecil. Namaku Melati Sari. Panggil aku Sari saja," jawab wanita muda ini.  "Ooh begitu. Bagaimana dengan Anda. Apakah juga mendapat pengajaran?" tanya pangeran kepada si penghidang minuman.  "Iyaa. Kami berdua kakak beradik."  "Ooh begitu. Siapa namamu?" "Melati Ayu panggil saja aku Ayu. "Baik-baik. Kalau begitu aku boleh meminta sesuatu?" "Katakan saja pangeran" kata jawab pendekar wanita seketika.

              "Aku ingin kalian berduel agar aku tahu siapa yang paling baik menyerap ilmu pendekar wanita," pinta pangeran Naga Gledek mantap.  "Apakah boleh guru?" tanya kedua murid serentak, lantas guru mengangguk. Beberapa jurus pun diperlihatkan. Dari segi teknik Melati Ayu lebih sempurna.  Akan tetapi, dari segi kekuatan Melati Sari lebih baik. Dari segi kepintaran dan kecakapan seorang wanita Naga Gledek belum tahu. "Mohon maaf pendekar. Menurut pendekar siapa yang lebih banyak berkembang dan berkreasi? Melati Sari. Kau juga menyukainyakan?"

            "Tidak justru sebaliknya.  Aku akan bicara dengan menteri pertahanan agar mengurungkan niatnya. Setahu aku menteri pertahanan sudah memiliki istri," pangeran ketiga memberitahukan.  "Benar, tetapi kata menteri pertahanan istrinya sudah lama sakit, maka  istrinya yang meminta dia mau menikah lagi."  "Kalau begitu kenapa  tidak menjodohkan  Melati Sari saja, pendekar?" "Sembarangan," pendekar wanita sedikit emosi, lalu segera mereda.

              "Saya cukup beralasan karena Melati Sari menurutku lebih ambisius. Pasti dia ingin menjadi istri orang berpangkat tinggi, sementara saya hanya pangeran ketiga. Tahta tidak akan jatuh ke tanganku. Menteri masih muda dan tampan, serta cerdas. Menteri membutuhkan pendamping seperti Melati Sari. Aku rasa menteri bisa membimbing Melati Sari menjadi wanita yang tunduk kepada suami dan juga aturan," jelas pangeran ketiga lugas dan berani.  "Aku tidak berani menukar, karena Melati Ayu lebih tua maka aku menyodorkannya kepada tuan menteri. Apalagi melati Ayu sudah dewasa sekali," pendekar berhenti sejenak dan memperhatikan kedua muridnya.  "Baik sudah selesai. Jurus-jurus kalian bagus sekali. Sekarang bolehkah saya pangeran ketiga berbicara empat mata dengan pendekar wanita?"

            "Boleh pangeran ketiga, silakan kita berbicara di pendopo.  Sesampainya di pendopo pangeran ketiga mulai berbicara.  Aku lihat dari mata murid pendekar, yang bernama Melati Sari, ada ilmu lain yang dituntutnya. Seperti ilmu pengasihan."


            "Wow pangeran percaya diri sekali. Bukankah tidak ada yang melarang mempelajari ilmu pengasihan. Atau pangeran pikir dia mempergunakan ilmu sesat untuk merayu tuan pangeran," pendekar wanita mulai berargumen.  "Itu belum tentu benar. Bukan aku terlalu percaya diri, tetapi kalau Melati Ayu merayuku aku memang akan sangat percaya diri. Ilmu pengasihan boleh saja dipelajari, tetapi asal tujuannya benar. Pendekar harus menasehati Melati Sari agar tidak terlalu berlebihan mengamalkannya. Pendekar tidak mau kan membiarkan muridnya seperti perempuan dalam cerita dari pulau lain yang terkenal dengan ilmu..."

            "Jangan diteruskan pangeran. Aku sudah mengerti. Sekarang aku benar-benar ingin berjumpa dengan pangeran pertama yang terkenal bijak. Pangeran ketiga saja sudah begitu cerdas dan bijaksana.  Saya rasa mirip sekali dengan kakanda pangeran pertama."  "Terima kasih. Tidak perlu berlebihan. Wajar karena kami bersaudara." "Tidak. Tidak pangeran. Seharusnya saya yang berterima kasih dengan pangeran, karena sudah mengingatkan saya."

                                                                                                                                                            """"

            Malam harinya pangeran ketiga tidak bisa tidur. Dia berpikir keras bagaimana supaya menteri tidak sakit hati. Akhirnya dia memiliki ide cemerlang. Pageran akan mengatakan kepada baginda sultan bahwa ada seorang wanita  berilmu tinggi bisa dijadikan pimpinan pasukan wanita, serta wanita yang dimaksud  tidak lain adalah pendekar wanita, yang telah membuat heboh istana. Jadi, karena alasan ini menteri tidak bisa meminang melati ayu, karena dia harus membantu gurunya.  

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun