Mohon tunggu...
MIRANDA NASUTION
MIRANDA NASUTION Mohon Tunggu... Konsultan - Saya perempuan yang hobi menari. Saya anak ragil dari pasangan Alm. Aswan Nst dan Almh Tati Said. Saya punya impian menjadi orang sukses. Motto hidup saya adalah hargai hidup agar hidup menghargai Anda.

Tamatan FISIP USU Departemen Ilmu Komunikasi tahun 2007, pengalaman sebagai adm di collection suatu bank, dan agen asuransi PT. Asuransi Cigna, Tbk di Medan. Finalis Bintang TV 2011 oleh Youngth's management. Pimpinan Redaksi Cilik tahun 2002-2003 (Tabloid Laskar Smunsa Medan).

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Putri Rembulan (Novel Klasik Keluarga)

26 Agustus 2018   16:44 Diperbarui: 3 September 2019   17:01 1998
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 "Kalau doanya tidak dikabulkan sekarang.  Mungkin doa tersebut akan dikabulkan nanti," Husein menambahi dengan tersenyum sambil melirik putri Rembulan.  "Bagaimana kalau doanya sama dengan yang diminta oleh orang lain? Siapa ya, yang akan dikabulkan?" pendekar enggak mau tinggal diam karena mengetahui maksud dari kata-kata Husein adalah mengenai hubungannya dengan putri Rembulan.  "Kalau begitu jawabannya apa nona Rembulan yang cantik?"  sambung nyonya Yunus tangkas.  "Kita akan beristirahat sampai datang waktu maghrib,  karena tidak baik berjalan di waktu maghrib," Ahmad Yunus mengusulkan.

            Waktu maghrib pun tiba, setelah bertayamum sholat berjamaah pun segera dilaksanakan. Mereka mengatur shaf. Shaf yang belakang sudah tentu shaf wanita. "Tidak menyangka saja akan dapat pengalaman berharga seperti ini. Mendaki gunung dan berdagang sama-sama memiliki tantangan," Ahmad Thoriq berkata sambil berbinar-binar ketika mereka baru mulai berjalan lagi. Satu jam kemudian mereka tanpa bicara.  Syukurlah sepanjang perjalanan ini masih aman. Banyak jenis pohonan dan rumput dilalui. Mereka pun memutuskan untuk berkemah. Tanpa terasa perjalanan tinggal dua jam lagi untuk mencapai puncak gunung.

             

            " Rembulan sekarang kau sudah bisa tidur. Sebaiknya segera beristirahat," pinta sang pendekar sambil membujuk. "Baiklah. Saya akan tidur dengan nyonya Yunus," jawab putri Rembulan cepat. "Tuan-tuan sekalian mari kita juga tidur. Kita harus mengembalikan stamina kita lagi," saran Andi pintar.  "Benar. Terima kasih. Sebaiknya kita tidur bersebelahan,"  Husein menanggapi dan melengkapi.  "Baik kenapa tidak?" balas sang jawara pula.

 

 


BAB VII

PENDEKAR MENYATAKAN PERASAANNYA DAN PUTRI CEMPAKA BERTEMU TAMBATAN HATI

            "Wah indahnya. Ternyata di sana ada sungai yang airnya jernih sekali. Kita bisa membersihkan diri," kata putri Rembulan kepada nyonya Thoriq dan nyonya Yunus.  "Kalau mau ke sungai hati-hati ya. Licin dan airnya sewaktu-waktu deras," Ahmad Husein memberi peringatan.  Semua terkejut. "Kau pintar sekali. Jangan-jangan kau pernah datang kemari," Yunus meledek adiknya dengan senyum simpulnya.

             "Ah tidak, perasaanku yang membuatku mengatakannya. Cuma perhatian," Husein membalas cerdik seraya melepas pandangannya ke a rah putri Rembulan yang semakin cantik di kala baru bangun tidur.  "Sepertinya kami tidak akan mandi. Kami akan mencuci muka saja,"  balas putri Rembulan dengan bersikap lebih menjaga diri.   "Lebih baik kita ikut semua," tuan Thoriq menengahi.  "Jadi, nyonya Thoriq akan nyaman dengan keberadaan sang suami," putri Rembulan melanjutkan lagi. "Dan nona rembulan akan aman dan nyaman bersama saya," ucap Husein yakin.  Lantas putri Rembulan menghampiri Andi Maulana. Ahmad Husein kecewa dan berusaha mengendalikan diri.  "Putri walau belum mandi kau tetap cantik mempesona," Andi merayu dengan berbicara pelan. "Kau juga. Kau tetap tampan meski sudah keletihan," kata Rembulan dengan salah tingkah. Ketiga pangeran pun tidak mau ketinggalan. Mereka langsung menyusul setelah keluar dari tenda, karena mereka sudah mendengar pembicaraan sebelumnya.

             "Kalau aku bunga. Kau pasti kumbangnya." "Tentu saja aku kumbangnya tuan putri," Andi memetikkan bunga untuk wanita yang dikasihinya. "Terima kasih sayang. Bunga ini begitu indah dan mengandung kekuatan. Dalam cinta tidak semuanya berjalan lancar. Oleh karena itu, siapa saja yang sedang jatuh cinta harus kuat menghadapi lika-likunya," kata-kata putrid penuh pelajaran.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun