Mohon tunggu...
MIRANDA NASUTION
MIRANDA NASUTION Mohon Tunggu... Konsultan - Saya perempuan yang hobi menari. Saya anak ragil dari pasangan Alm. Aswan Nst dan Almh Tati Said. Saya punya impian menjadi orang sukses. Motto hidup saya adalah hargai hidup agar hidup menghargai Anda.

Tamatan FISIP USU Departemen Ilmu Komunikasi tahun 2007, pengalaman sebagai adm di collection suatu bank, dan agen asuransi PT. Asuransi Cigna, Tbk di Medan. Finalis Bintang TV 2011 oleh Youngth's management. Pimpinan Redaksi Cilik tahun 2002-2003 (Tabloid Laskar Smunsa Medan).

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Putri Rembulan (Novel Klasik Keluarga)

26 Agustus 2018   16:44 Diperbarui: 3 September 2019   17:01 1998
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            "Hanya dua perak."

            "Wah murah ya."

            "Iya, makanya banyak pembelinya."

            "Hmmh,  kalau begitu pemuda yang baik saya akan beli buah lima kilogram. ini uangnya. Lebihnya untuk anda saja."    

            Putri Rembulan naik lagi ke kereta kuda dan ketiga abangnya sudah berada di kereta kuda terlebih dahulu. Putri Rembulan secepatnya memakan buah yang dibelinya. Buah-buahan terebut segar sekali. Semua orang yang di dalam kereta kuda pun dibagikan buah-buahan tersebut. Badan mereka yang sudah letih, terasa segar kembali. Setelah makan buah putra dan putri raja pun mengantuk. Mereka pun tertidur. Bunga-bunga bermekaran. Warna warni kehidupan semakin menampakkan sinarnya. Secemerlang para putra putri raja. Pasti kelak kerajaan akan mencapai kejayaannya. Suara kereta kuda terus berbunyi. Penunggangnya benar-benar telah menguasai medan perjalanan.

            Burung-burung berkicau dengan girangnya. Putri Rembulan terbangun karena ada seekor burung yang menengger di dahinya. Dia terbangun dan membuat burung tersebut terbang. Burung tersebut bergabung kembali dengan temannya yang  lain. Burung-burung pun berkicau kegirangan. Putri Rembulan memandangi sekumpulan burung tersebut dari dalam kereta kuda. Dayang Ratna Jelita berbicara, "Mereka begitu riang, bebas dan kompak.


            Putri Rembulan tersentak dan menyahut, "Ya, seperti diriku sekarang. Perasaanku bercampur antara suka dan duka. Suka  bisa lebih bebas melihat dunia luar. Duka karena ini semua terjadi atas usul kakanda." Dayang Ratna mengangguk dan memandangi wajah putri Rembulan yang semakin dewasa. Lalu putri Rembulan menambahi kata-katanya. "Dayang Ratna bantu aku berdoa agar putri Cempaka berubah lebih baik, agar aku bisa semakin dekat dan bisa bermanja-manja dengannya." "Ya aku mengerti alasannya. Putri Raja Indraloka cuma dua, dan sesama saudara harus saling menyanyangi. Semoga doa putri terkabul. Amin."

            Setapak demi setapak. Kota demi kota sudah dilalui. Tibalah kereta kuda ini di suatu hutan yang sangat mencekam. Pangeran Naga Buana meminta semuanya untuk berdoa. Tiba-tiba dari segala penjuru muncul perampok. Dengan sigap para pangeran dan pengawal dari kereta kuda yang lain melawan kawanan perampok. Putri Rembulan pun turut ambil bagian. Pertarungan pun berlangsung sengit. Kawanan perampok memang berilmu tinggi. Pertahanan putra dan putri raja pun menurun setelah hampir setengah jam bertarung.

            "Jurus elang sakti," sebut salah satu perampok. Perampok tersebut pun menarik lengan putri Rembulan dan mengendongnya paksa. Putri Rembulan langsung pingsan. Para perampok lantas bergerak menjauh. Para pangeran ada yang hampir terluka. Pangeran tertua memberikan aba-aba untuk menahan diri dengan tangannya. Pangeran Naga Swara berkata, "Tenang aku sudah tahu tempat persembunyiannya. Biarkan ini menjadi perangkap."        

            Pangeran kedua, Naga Swarna menyahut, "Jadi kakanda sengaja membiarkan putri Rembulan berada bersama mereka." Pangeran hanya diam dan menatap satu per satu saudaranya, pangeran Naga Swara dan pangeran Naga Buana. Kemudian mereka mencari perkampungan terdekat.

                                                                        """"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun