Pangeran Maulana    :"Maksud kamu wanita yang menjadi tamu kita kala itu. Wanita Gujarat. Sepertinya dia memang jatuh hati dengan nakhoda."
Prajurit pangeran 1 Â Â Â :"Kami turut senang. Pangeran mengajarkan kami untuk tidak mendendam."
Prajurit nakhoda 1 Â Â Â :"Selamat kawan. Saya akan sedih tidak bisa bertemu lagi dengan orang-orang hebat seperti kalian, terutama pangeran."
Pangeran Maulana    :"Aku juga senang sekali. Aku sempat membicarakan mengenai sosok wanita kepada nakhoda." Mereka semua berbaris memandang lautan. Mereka saling berpelukkan dan menangis. "Hmmh boleh aku tahu apa yang ingin kau sampaikan," melihat gelagat orang yang di depannya.
Prajurit nakhoda 2 Â Â Â :"Ya..sobat Anda nakhoda sekarang sudah berada di rumah sakit. Hmmm...Anda masih peduli dengannya? Aku telah mendapat kabar dari seekor merpati."
Pangeran           :"Tidak. Aku tidak akan menjenguknya di rumah sakit."
Prajurit nakhoda 1 Â Â Â :"Tidak apa-apa pangeran. Kalau mau menjenguk. Penawarnya sudah ada pada Anda."Â
Semua prajurit pangeran     :"Tidak. Kami akan segera kembali ke negeri kami."
Pendekar Maulana berkata kepada pasukan nakhoda: "Saya akan segera meninggalkan kapal ini. Ini surat untuk nakhoda isinya saya memaafkan perbuatannya dan mengambil kembali kapal saya." Â Pendekar percaya bahwa itu adalah penawarnya. Pendekar ingat ketika nakhoda berkata bahwa penawarnya ada di sebuah botol kecil, yang ada ukiran gambar ularnya. Selain itu, karena kunci tersebut cocok dengan kotak kayu yang antik itu.
                                    """"  Â
                             Â