Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kepribadian Harimau: Psikologi Waspada dan Strategi Teritorial dalam Relasi Pasca Luka

7 Juli 2025   05:02 Diperbarui: 7 Juli 2025   05:02 636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Harimau bisa jadi penjaga kultur kerja yang sehat,
penyeimbang antara transparansi dan strategi,
serta pengawas informal terhadap keadilan dan etika internal.
Namun bila dikhianati, mereka bisa menjadi "silent resigners", sabotase pasif, atau pemutus koneksi sosial dalam jaringan mikro-politik kantor. Maka dari itu, manajemen dan HR perlu mengenali:

tanda-tanda emotional reservation,
sikap loyal tapi "dingin", dan
perlunya pendekatan manajemen yang membangun rasa hormat, bukan sekadar keakraban palsu.

3. Dalam Pendidikan: Mendidik Anak Harimau Sejak Dini

Banyak anak yang menunjukkan pola:

tidak langsung marah saat dibully,
tidak banyak bicara, tapi ingat siapa mempermalukan mereka,
dan hanya akan terbuka kepada sosok yang mereka nilai layak secara moral.
Selama ini, mereka sering dianggap anak pendiam, "overthinking", atau bahkan "dendam".
Padahal mereka sedang membentuk territory internal: ruang batin yang harus dihormati.

Dalam sistem pendidikan yang sering mengutamakan ekstroversi dan keterbukaan emosional, anak-anak Harimau tersisih.
Mereka dianggap:

tidak adaptif karena tidak langsung memaafkan,
sulit kerja kelompok karena selektif dalam kolaborasi,
atau dianggap sombong karena tidak mudah tertawa bersama.
Guru dan sistem pendidikan perlu:

memberi ruang bagi anak untuk memproses luka tanpa tekanan "move on",
mengenalkan emotional boundaries sebagai hak, bukan kelemahan,
dan mengajarkan trust management, bukan hanya "teamwork".
Dengan cara ini, pendidikan tidak hanya mencetak anak yang ceria dan terbuka, tetapi juga anak yang tajam, selektif, dan kuat secara batin.

Integrasi kepribadian Harimau ke dalam ranah klinis, organisasi, dan pendidikan adalah langkah menuju psikologi yang tidak hanya empatik terhadap luka, tapi juga realistis terhadap dunia.

Dunia yang ideal tidak selalu datang.
Tapi manusia bisa belajar menjadi jenis makhluk yang tidak kehilangan kehangatan---meski punya kuku tersembunyi.

Dan itulah Harimau:
Simbol psikologis kontemporer dari kekuatan yang sunyi, batasan yang cerdas, dan kasih sayang yang terjaga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun