Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kepribadian Harimau: Psikologi Waspada dan Strategi Teritorial dalam Relasi Pasca Luka

7 Juli 2025   05:02 Diperbarui: 7 Juli 2025   05:02 636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maaf bisa diberikan dalam bentuk perilaku tenang, tidak membalas, bahkan bersikap ramah.
Tapi kepercayaan tidak kembali seperti semula.
Hubungan tidak lagi pulih, melainkan "disesuaikan" agar tidak membuka peluang gangguan serupa.
Ini bukan karena trauma yang belum sembuh, melainkan karena terbentuknya zona teritori emosional baru:

"Gue bisa maafin lo, tapi lo ga akan bisa duduk di kursi yang sama lagi dalam hidup gue."

Dalam banyak teori psikologi klasik, tidak ada ruang untuk memahami perilaku ini tanpa melabelinya sebagai avoidant, defensive, atau trust issue. Padahal, ini adalah bentuk sistem pertahanan adaptif yang berbasis pengalaman, bukan paranoia.

2. Teritori Emosional: Konsep yang Belum Terdefinisi

Kebanyakan teori kepribadian masih bekerja dalam dua spektrum besar: introvert--ekstrovert atau neurotik--stabil. Tapi tidak ada model yang secara serius memasukkan variabel "wilayah emosional" --- semacam ruang psikologis personal tempat individu menentukan:

Siapa yang boleh masuk dan menginap.
Siapa yang hanya boleh mampir sebentar.
Siapa yang dilarang total, meski tersenyum di depan pintu.
Harimau membangun teritori emosional bukan sebagai bentuk isolasi, tapi sebagai kebijakan relasional yang dinamis. Bahkan dalam kedamaian, ia tetap menyimpan peta konflik. Bahkan dalam keakraban, ia tetap memonitor kemungkinan ancaman.

3. Mengapa Ini Bukan Dendam, dan Bukan Juga Trauma

Dendam cenderung disertai keinginan untuk melukai, trauma cenderung disertai ketakutan. Tapi Harimau berada di titik ketiga:

"Gue cuma ingin lo gak ganggu gue lagi. Kalau bisa, lo lupa gue pernah ada. Tapi kalau lo muncul lagi dengan niat lama, gue akan jadi mimpi buruk yang nggak bisa lo kendalikan."

Artinya, pengampunan tidak otomatis membatalkan memori. Ini adalah bentuk maturitas psikologis yang terabaikan dalam model-model kepribadian klasik:

Forgiveness tidak harus sama dengan rekonsiliasi.
Kedamaian bisa berarti "tidak ada konflik", bukan "kembali akrab seperti dulu".
Kepribadian Harimau menghadirkan kebutuhan untuk memperluas kamus psikologi tentang bagaimana individu:

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun