Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kepribadian Harimau: Psikologi Waspada dan Strategi Teritorial dalam Relasi Pasca Luka

7 Juli 2025   05:02 Diperbarui: 7 Juli 2025   05:02 639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kepribadian Harimau memiliki memori luka yang tidak mudah padam. Ini menunjukkan kemungkinan kerja sistem limbik (terutama amigdala dan hippocampus) yang sangat aktif dan terintegrasi kuat dengan prefrontal cortex (PFC).

Amigdala menyimpan emotional salience --- memberi "highlight" pada peristiwa yang mengancam atau melukai.
Hippocampus menyusun narasi spasial-temporal dari kejadian tersebut.
PFC dorsolateral mengorganisasi strategi dari data emosional itu tanpa perlu meledak dalam amarah.
Hasilnya:
Individu Harimau tidak reaktif secara impulsif, tapi menyimpan informasi emosional secara sistematis, dan mampu memprosesnya menjadi strategi jangka panjang.

2. Sensitivitas Dopamin dan Noradrenalin: Antara Fokus dan Kewaspadaan

Kepribadian Harimau menunjukkan kewaspadaan tinggi namun tidak cemas, serta fokus tinggi tanpa kehilangan fleksibilitas. Pola ini menunjukkan modulasi optimal terhadap dua neurotransmitter penting:

Dopamin: Mendukung kemampuan mereka untuk tetap termotivasi, mengingat "target" jangka panjang, dan menikmati kepuasan dari strategi yang berhasil.
Noradrenalin: Meningkatkan perhatian selektif terhadap potensi ancaman tanpa menyebabkan overreaksi emosional.
Interpretasi:
Alih-alih fight-or-flight klasik, Harimau memilih mode ketiga: freeze-aware --- diam, namun sepenuhnya membaca situasi, dan hanya bertindak bila peluangnya optimal.

3. Korteks Orbitofrontal dan Teori Keputusan Emosional

Penelitian dalam affective neuroscience menunjukkan bahwa orang dengan aktivitas kuat pada korteks orbitofrontal (OFC) mampu mengambil keputusan sosial berbasis pengalaman emosional sebelumnya---mirip dengan Harimau yang berkata:

"Gue udah tau gaya lo. Lo manis sekarang, tapi gue belum lupa racun lo dulu."

OFC memungkinkan integrasi antara reward, punishment, dan pengalaman masa lalu, untuk merancang "rute interaksi" terbaik. Ini menjelaskan mengapa Harimau bisa:

memaafkan secara taktis,
bersikap hangat secara terukur,
tapi tidak pernah sepenuhnya membuka pagar.
4. Kadar Oksitosin Selektif: Empati Bersyarat

Oksitosin sering diasosiasikan dengan kepercayaan dan empati. Tapi pada kepribadian Harimau, reaksi oksitosin kemungkinan besar tidak aktif secara general, tapi selektif terhadap individu yang telah terbukti loyal atau tidak membahayakan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun