Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mekanisme Tuas dalam Keseimbangan Kosmik

17 Februari 2025   14:27 Diperbarui: 17 Februari 2025   14:27 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

=nBnBn61010\eta = \frac{n_B - n_{\bar{B}}}{n_\gamma} \approx 6 \times 10^{-10}

Di mana nBn_B adalah kerapatan baryon, nBn_{\bar{B}} adalah kerapatan antibaryon, dan nn_\gamma adalah kerapatan foton dalam radiasi latar belakang kosmik. Asimetri ini menunjukkan bahwa untuk setiap miliaran pasangan materi-antimateri yang diciptakan, hanya satu baryon yang tersisa setelah annihilasi.

Fakta ini menunjukkan bahwa keseimbangan kosmik yang didasarkan pada simetri adalah ilusi, karena keberadaan materi yang kita amati saat ini bergantung pada ketidakseimbangan yang fundamental dan tidak dapat dihindari. Tanpa pelanggaran CP dan asimetri baryon ini, alam semesta akan kosong, tanpa materi untuk membentuk bintang, planet, atau kehidupan.

2. Materi vs. Dark Matter: Kesenjangan Massa dan Gravitasi

Klaim keseimbangan kosmik semakin dilemahkan oleh fakta bahwa materi biasa hanya menyumbang 4,9% dari total energi alam semesta, sedangkan Dark Matter mendominasi sebesar 26,8%. Materi biasa berinteraksi melalui gaya elektromagnetik, memungkinkan kita untuk mengamatinya melalui cahaya. Sebaliknya, dark matter tidak berinteraksi dengan cahaya atau materi biasa secara elektromagnetik, sehingga tidak dapat dilihat secara langsung.

Distribusi massa yang tidak merata ini mengungkapkan asimetri gravitasi yang sangat nyata. Fakta ini pertama kali diamati oleh Fritz Zwicky pada tahun 1933 dalam pengamatan kluster galaksi Coma, di mana kecepatan galaksi yang beredar jauh lebih tinggi dari yang dapat dijelaskan oleh massa materi yang terlihat. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar massa alam semesta berasal dari sesuatu yang tak terlihat: dark matter.

Secara matematis, distribusi gravitasi ini dijelaskan oleh hukum gravitasi Newton yang dimodifikasi:

Mtotal=Mbiasa+MdarkM_{\text{total}} = M_{\text{biasa}} + M_{\text{dark}}

Namun, kehadiran dark matter tidak hanya mempengaruhi gravitasi lokal, tetapi juga distribusi struktur besar alam semesta. Simulasi kosmologi menunjukkan bahwa dark matter membentuk jaring kosmik yang menjadi kerangka struktur galaksi. Tanpa dark matter, galaksi tidak akan terbentuk karena materi biasa saja tidak memiliki gravitasi yang cukup untuk mencegah galaksi hancur.

Lebih jauh lagi, tidak ada simetri antara materi biasa dan dark matter, karena mereka tidak berinteraksi secara langsung. Hipotesis WIMP (Weakly Interacting Massive Particles) sebagai kandidat dark matter menunjukkan bahwa partikel ini hanya berinteraksi melalui gaya gravitasi dan gaya lemah, yang membuatnya hampir sepenuhnya terisolasi dari materi biasa.

Asimetri ini menunjukkan bahwa gravitasi alam semesta tidak seimbang, di mana mayoritas massa berada pada entitas yang tak terlihat dan tidak berinteraksi dengan cara yang sama seperti materi biasa. Fakta ini menghancurkan pandangan bahwa keseimbangan kosmik dicapai melalui distribusi massa yang seragam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun