Dalam riwayat seni ukir Jepara, nama Kartini sering disebut. Ia dianggap sebagai pahlawan. Ia dipandang berjasa besar. Ia mengangkat harkat ukiran yang konon terabaikan.Â
Narasi yang berkembang kerap menempatkannya sebagai motor utama. Konon, tanpa Kartini, ukir Jepara tak dikenal dunia. Namun, pandangan ini perlu ditinjau ulang.
Asal-Usul Ukiran Jepara: Antara Fakta dan Legenda Sejarah ukiran Jepara sendiri memiliki berbagai versi.Â
Beberapa narasi populer menyebut asal-usulnya. Yaitu dari era Ratu Kalinyamat dan suaminya. Suaminya adalah Pangeran Hadiri.Â
Konon, Pangeran Hadiri membawa ahli ukir dari Champa. Namanya Chi Hui Gwan. Ia juga dikenal sebagai Sungging Badar Duwung.Â
Ahli ini disebut mengajari penduduk setempat mengukir. Awalnya di batu. Kemudian beralih ke kayu.Â
Narasi ini tercatat dalam sumber-sumber lokal. Namun, untuk kepastiannya, perlu konfirmasi. Konfirmasi dari arsip yang lebih tua (tirto.id, 2024).
Versi lain adalah legenda tentang Prabangkara. Ia seniman dari Kerajaan Majapahit (emmanus.com). Konon, alat ukirnya jatuh di daerah Belakang Gunung. Lokasinya di Jepara (indonesiakaya.com).Â
Peristiwa ini diyakini sebagai awal mula seni ukir. Kisah Prabangkara ini memang kaya dan menarik. Namun, penting untuk digarisbawahi.Â
Ini adalah cerita rakyat atau legenda. Bukan fakta sejarah yang didukung bukti arkeologis primer (Wikipedia). Memisahkan legenda dari fakta adalah kunci. Ini agar kita memahami sejarah lebih akurat.
Peran Seni Ukir Sebelum Kartini Sebelum abad ke-20, Jepara adalah kota pelabuhan penting. Banyak pedagang dari berbagai bangsa singgah (website.bapenda.jatengprov.go.id).Â