Saya membayangkan sebuah toko buku tak hanya ramah kepada mereka yang berkantong tebal tapi juga mereka dengan kantong pas-pasan tapi punya rasa haus yang luar biasa akan ilmu pengetahuan.
Ya, saya membayangkan setiap orang bisa bebas membaca buku di toko buku. Bukan untuk mengecilkan fungsi perpustakaan dan toko buku itu sendiri tapi untuk melebarkan minat baca masyarakat.
Terdengar mustahil memang tapi saya sudah menemui beberapa di antaranya. Toko buku di zaman ini banyak yang sudah melakukan transformasi diri.Â
Gramedia Jalma (Jalan Melawai) Blok M contohnya. Ada sudut kecil yang berisi buku-buku yang bisa dibaca oleh pengunjung. Tak hanya itu wajah toko ini kini berubah lebih cerah dengan penataan yang estetik dipadu pemilihan warna yang cukup hangat.
Jika saja tak baca nama Gramedia di bagian depan orang bisa saja mengira itu sebuah perpustakaan atau cafe buku. Ya, toko buku ini dilengkapi juga dengan cafe di salah satu sisinya. Banyak tempat duduk serta workspace yang bisa dipakai pengunjung untuk bekerja maupun membaca.
Membaca di toko buku rupanya bukan hal baru di dunia perbukuan. Beberapa toko buku lain yang saya temui juga melakukan hal serupa. Toko Kobam (Komunitas Bambu) misalnya. Toko ini punya beberapa buku yang bisa dibaca oleh pengunjung.
Btw, lokasi toko Kobam Depok memang sedikit tersembunyi karena terletak di tengah perumahan penduduk tapi tempatnya teduh, rindang dan sedikit nyentrik. Bangunannya terbuat dari kayu dengan dihiasi banyak tanaman. Di bagian bawah terdapat kursi yang bisa dipakai untuk bersantai dan membaca buku.
Ada lagi toko buku Patjarmerah yang berlokasi di Pos Bloc. Selain penataan yang memanjakan mata, mereka juga menyediakan bangku dan meja bagi yang mau membaca. Ada rak kecil berisi buku-buku yang disediakan khusus untuk dibaca. Tidak besar dan banyak memang, mungkin karena tempatnya sendiri tidak begitu luas.