Mohon tunggu...
Salsabila Pragita
Salsabila Pragita Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

————

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Hydrangea

24 Februari 2021   01:39 Diperbarui: 24 Februari 2021   01:43 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Atap sekolah yang kini telah beralih fungsi menjadi gudang penyimpanan itu terlihat seperti rumah hantu. Dengan segala peralatan sekolah tak layak pakai dan dinding tak terawat, tak ada alasan bagi para penghuni sekolah untuk datang ke tempat menyeramkan itu. Namun sepertinya, hal itu tak berlaku bagi orang yang satu ini.

Lelaki bersurai madu yang kini duduk santai dengan kedua kaki terangkat ke atas meja itu nampaknya tak keberatan dengan semua itu. Ia justru menganggap bahwa atap sekolah merupakan tempat terbaik baginya. Tempat ini adalah satu-satunya di mana ia bisa menikmati waktunya, tanpa seorangpun bisa mengganggunya.

We never lost control, you’re face to face, with the man who sold the world.” Bibir tipisnya bersenandung pelan, beriringan dengan musik yang keluar dari earphone-nya. Kakinya ikut bergerak-gerak seirama.

Tangannya masuk ke dalam bungkus plastik makanan ringan di pangkuannya. Namun ketika didapatinya bungkusan itu kosong, dengan gerakan santai ia melemparkannya, mengambil bungkus baru, lantas membukanya.

Kepalanya bergerak ke kanan dan ke kiri. Semakin cepat ketika musik berganti ke lagu dengan irama yang lebih bersemangat. Begitu pula kakinya. Makanan ringan yang mulai tumpah karena gerakan brutalnya itu ia abaikan, terlalu asyik dengan dunianya sendiri. Seseorang seharusnya segera mengingatkannya tentang betapa pentingnya menghargai makanan.

“Dirgantara Putra, absen 9, kelas dua belas IPA satu. Jenis pelanggaran: membolos di jam pelajaran, membuang sampah sembarangan dan mengotori lingkungan sekolah. Pengurangan poin sebesar 30.”

Lelaki yang dipanggil “Dirgantara Putra” itu sontak menghentikan aksinya. Musik memang sebagian dari hidupnya, mendengarkannya adalah kebutuhan yang tak boleh ia lewatkan. Namun seorang yang lebih akrab dengan sapaan “Dirga” itu sangat anti dengan musik bervolume tinggi yang dapat merusak gendang telinganya. Jadi ketika kalimat dengan nada datar itu diucapkan, terlebih dengan suara keras, telinganya dapat langsung mendengarnya walau samar.

Dirga memutar bola matanya jengah ketika mendapati pria berpakaian rapi itu berdiri satu meter di depannya. Dengan gerakan kasar, ia melepas benda kecil di telinganya itu. Kemudian, tanpa mengindahkan keberadaan seorang yang lebih tua itu, Dirga memejamkan matanya, menutupi wajahnya dengan jaket.

Pria berpakaian rapi itu menghela napas pelan, lantas mendekat pada lelaki kurang ajar yang merupakan muridnya itu. “Dan mengabaikan guru yang sedang bicara…” ia menjeda ucapannya lalu berdecak pelan seraya menggelengkan kepalanya, “harusnya ada pengurangan poin juga untuk perbuatan itu.”

Lintang, guru berusia 28 tahun itu berjalan ke samping tubuh Dirga, mendekati dinding pembatas setinggi dadanya. Matanya menatap jauh, pada gedung-gedung yang menjulang tinggi seolah menantang langit. Kemudian ketika kepalanya menunduk, ia mendapati jalan raya yang dipadati oleh berbagai jenis kendaraan. Ibu kota dan segala kesibukannya, tempat menakutkan yang sayangnya diminati banyak orang.

Ketika telinganya tak lagi mendengar suara menyebalkan yang tadi mengganggunya, Dirga memlepas jaket yang menutupi wajahnya. Ia membuka sebelah matanya, penasaran akan keberadaan gurunya itu. Saat kepalanya menoleh ke samping, didapatinya sosok itu berdiri membelakanginya. Dirga menatap punggung tegap itu, otaknya menerka-nerka tentang apa yang sedang dilakukan oleh seorang yang belakangan ini gemar sekali mengusik hidupnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun