Mohon tunggu...
Salsabila Pragita
Salsabila Pragita Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

————

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Hydrangea

24 Februari 2021   01:39 Diperbarui: 24 Februari 2021   01:43 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Setelah itu, Guntur melepaskan cengkeramannya, kemudian melangkah kembali ke tempat semula. Elang mengangkat kepalanya, memandang sang ayah yang kini kembali duduk tenang seolah tidak terjadi apapun. Dengan langkah cepat, ia berjalan ke arah tangga rumahnya, menaikinya, kemudian masuk ke kamarnya.

Elang berbalik setelah menutup pintu kamarnya. Kepalanya menunduk, menatap kedua tangannya yang gemetar. Ia memejamkan mata, menarik napas panjang lalu menghembuskannya perlahan, berusaha menenangkan diri. Ia terus melakukannya berkali-kali, namun sepertinya nihil. Tangannya semakin bergetar hebat, kini diiringi rasa mual yang terasa di perutnya.

Elang berlari menuju kamar mandi di dalam kamarnya, lantas mengeluarkan seluruh isi perutnya. Itu membuat seluruh tubuhnya lemas seolah tak bertenaga. Tubuhnya jatuh menyentuh permukaan lantai yang dingin, bersandar pada dinding yang sama dinginnya. Di tengah sesak dan lelah yang ia rasakan, Elang justru tersenyum, sebuah senyuman miris. Ia ingin menertawakan dirinya sendiri. Si lemah yang menyedihkan.

-

“Ini jelas kepeduliaan, beliau mengkhawatirkanmu, itu membuatku sedikit tersentuh. Seseorang mengulurkan tangan padamu tanpa kamu minta, itu suatu hal yang harus kamu syukuri. Jika kamu tidak bisa melakukannya untuk dirimu sendiri, lakukanlah setidaknya untuk menunjukkan rasa terima kasih pada orang yang menaruh peduli padamu.

“Aku tidak mengguruimu, ini hanya saran. Tapi aku pikir, jika hari nuranimu masih ‘berfungsi dengan baik’ kau akan mempertimbangkannya. Semuanya terserah padamu.”

Elang mengatakan itu sesaat sebelum dirinya meninggalkan apartemen Dirga. Sejak satu jam yang lalu, ucapan itu terus terngiang di kepala Dirga, seolah memberinya peringatan agar tidak mengabaikannya. Dirga mengacak rambutnya frustasi karena hal itu. Kemudian, entah apa yang berada di pikirannya, Dirga mengambil diska lepas yang tadi Elang berikan padanya, lalu memasangkan benda kecil itu pada laptopnya.

-

Sepasang mata yang semula terpejam itu sontak terbuka ketika tiba-tiba saja suara keras yang berasal dari benda hitam berbentuk persegi panjang itu masuk ke dalam indera pendengarannya. Lelaki bersurai madu itu mengangkat kepalanya, menampakkan wajahn mengantuknya. Ia menguap sekali sebelum merentangkan kedua tangannya, meregangkan tubuhnya yang terasa pegal karena tertidur di tempat yang seharusnya.

Saat kesadarannya telah terkumpul, Dirga menatap sekitarnya dengan sorot bingung, kemudian menatap laptop yang terbuka di hadapannya dengan wajah terkejutnya. Ia menutup mulutnya dengan kedua tangan, seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang.

“Apa aku baru saja… tidak sengaja tertidur karena mengerjakan tugas?” tanya Dirga entah pada siapa. “Aku?” Dirga menunjuk dirinya sendiri, matanya menatap pantulan wajahnya pada layar laptop yang mati.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun