“Denganku?” Dirga balik bertanya.
“Dengan Pak Lintang,” jawab Elang mengoreksi. “Aku tidak tahu apa niat beliau sebenarnya. Aku hanya menilainya sebagai bentuk kepeduliaan. Dan itu membuatku sedikit tersentuh.”
“Itu di antara kamu dan Pak Lintang, tidak ada urusannya sama sekali denganku,” sahut Dirga cepat. “Jadi selesaikan saja urusanmu dengannya tanpa melibatkanku.”
“Jika saja permintaan Pak Lintang tidak ada sangkut pautnya denganmu aku pun tak akan repot-repot melakukannya. Mau bagaimana lagi?”
“Mengapa kamu sangat berusaha keras? Sebenarnya apa tujuanmu?”
“Tentu saja mendapatkan imbalan yang Pak Lintang janjikan.”
“Imbalan seperti apa yang membuatmu sekeras kepala ini?”
“Aku tidak merasa perlu memberitahumu.”
Dirga bergeming, tak tahu harus berkata apa untuk menanggapi ucapan Elang.
-
Lintang meletakkan mug berisi coklat panas di atas meja kerjanya, menarik kursi, lalu duduk di atasnya. Tepat di hadapannya, terdapat setumpuk kertas yang hendak dibacanya. Itu adalah lembar perencanaan masa depan milik murid-murid kelas yang dipegangnya. Ketua kelas menyerahkannya pada Lintang tadi pagi.