Kau pergi ke pabrik. Kau masuk ke ruang CCTV. Kau tahu password-nya---karena dulu kau pernah bantu teknisi ganti monitor.
Kau putar rekaman-rekaman lama. Tanggal demi tanggal.
Dan di sanalah dia.
Santi.
Bersama bos kau. Di ruang yang sama. Dengan Lila.
Tangannya menulis sesuatu. Tertawa. Menepuk pundak Arman. Menerima amplop.
Kau tak bisa bernapas.
Jadi benar. Revolusi bisa dijual. Bahkan oleh orang yang memberi kau balsem dan bubur ayam.
***
Sore itu, kau kembali ke atap pabrik.
Santi datang seperti biasa, membawa dua bungkus rokok kretek.