"Kita bisa bicara? Sekarang."
Kau tidak jawab. Tapi kau keluar. Karena bagian dari diri kau masih ingin tahu: kenapa?
***
Kau temukan dia di tempat pertama kali kalian bertemu---teras rumah kontrakan kau, yang sekarang basah oleh gerimis. Dia berdiri di sana, mengenakan jaket kulit serta raut wajahnya yang tak lagi bisa kau percaya.
"Aku harus jelaskan," katanya.
Kau bersandar ke tembok. Diam. Kau ingin mendengarnya. Bukan karena masih cinta, tapi karena kau ingin tahu seberapa dalam pengkhianatan bisa dibungkus kata-kata.
"Aku dibayar, ya. Tapi awalnya aku beneran peduli," katanya. "Kamu tampak tulus. Aku pikir... aku bisa mengajakmu, lalu pergi. Tapi ternyata, aku suka kamu. Sungguh."
Kau tertawa. Keras. Bukan karena lucu. Tapi karena itu satu-satunya cara agar kau tak melempar sesuatu ke wajahnya.
"Jadi... kamu tidur denganku karena suka, atau karena target?"
Dia tak menjawab. Tapi diamnya sudah cukup.
"Pergi dari sini," kata kau.