Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote, Meredam Langit | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Senin Yang Tertunda

1 Mei 2025   17:36 Diperbarui: 1 Mei 2025   17:36 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Pixabay: https://www.pexels.com

Santi menatap kau lekat-lekat.

"Aku akan cabut. Mungkin ke Batam. Katanya di sana butuh koordinator baru. Bos besar suka yang luwes."

"Kamu akan jual revolusi lagi?"

"Selama masih ada yang mau beli."

Ia tersenyum. Kali ini benar-benar jujur.

"Kamu ikut?"

Kau menatap tangannya yang terulur. Dan entah kenapa, kau berpikir: mungkin inilah caranya bertahan di dunia yang tak masuk akal. Dengan menjadi bagian dari ketidakmasukakalan itu.

Tapi kau menggeleng.

"Aku mau coba jadi buruh biasa dulu. Yang jujur. Meskipun itu artinya miskin, sendirian dan kesepian."

Santi tersenyum tipis. "Pilihan paling radikal itu!"

Ia berjalan pergi, menyisakan bau tembakau bersama kenangan yang tak akan pernah hilang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun