Dia mengangguk. Tapi sebelum pergi, dia mendekat, berbisik di telingamu.
"Aku tahu nama asli Santi."
Kau memicingkan mata.
"Dia juga dulu seperti aku. Hanya saja... dia tak pernah berhenti menjual cinta untuk revolusi."
Lalu dia pergi.
Dan kau terdiam. Dunia yang semula kau pikir sudah kau pahami kembali berputar tak tentu arah.
***
Keesokan paginya, kau tak masuk kerja. Tak ikut demo. Tak pergi ke warung. Kau hanya duduk di ranjang, menatap langit-langit, mencoba membedah kalimat terakhir Lila.
Santi?
Penjual revolusi?
Kau tahu orang berubah. Tapi ada hal yang tak bisa kau abaikan.