Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote, Meredam Langit | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa, Kumpulan Para Pemalas. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Senin Yang Tertunda

1 Mei 2025   17:36 Diperbarui: 1 Mei 2025   17:36 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Pixabay: https://www.pexels.com

Revolusi itu palsu. Dia hanya satu dari mereka. Mata-mata, atau pelacur. Entah mana yang lebih pantas. Kau merasa seperti seekor anjing yang dijinakkan dengan nafsu, dijanjikan perubahan hanya untuk dipakai, lalu dibuang.

Saat makan siang, tak lagi ada hastrat. Kau pergi ke atap, menyulut rokok yang tinggal satu-satunya di saku. Kau berdiri di sana, di antara debu yang kesepian, dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama, kau menangis.

"Kalau mau lompat, lompat aja. Jangan bikin orang repot."

Suara itu membuatmu menoleh.

Santi.

Kau tak menjawab. Hanya duduk.

Ia mendekat, duduk di sebelah kau, menghembuskan asap rokok ke langit. "Semua orang punya masalah. Tapi bunuh diri karena cewek? Jangan tolol, lah."

Kau ingin membantah. Tapi bahkan diri kau sendiri tahu dia benar.

"Aku tahu siapa dia," kata Santi. "Dia bukan aktivis. Dia calo. Biasa dipakai bos untuk memecah konsentrasi. Dia mendekati buruh-buruh keras kepala, bikin mereka mabuk cinta, lalu kabur. Dia dapet komisi dari kerjaannya itu."

Kau mengatupkan gigi. Jijik---bukan pada Lila, tapi pada diri kau sendiri. Karena percaya. Karena sempat merasa menjadi pahlawan, padahal kau hanya korban.

"Ngapain cerita ke aku?" tanya kau pelan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun