Mohon tunggu...
Deni Saputra
Deni Saputra Mohon Tunggu... Guru - Seorang Guru dan Penggiat Literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar menulis untuk memahami kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Layang-layang (2)

8 Oktober 2021   13:08 Diperbarui: 8 Oktober 2021   13:09 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Sudah, Pak." Suara satu kelas berdengung.

"Sekarang kita menuju lapangan tetapi jangan berisik." Pengarahan dari Pak Herdi.

Aku dan teman-teman merasa kesal dengan tingkah Dani dan teman-temannya. Aku kira sikap ramah Dani tadi adalah perubahannya untuk menjalani kehidupan di sekolah. Ini pelajaran untukku. Agar aku tidak terlalu percaya dengan orang. Setelah mendengar pengarahan dari Pak Herdi, kami langsung menuju lapangan yang ada di belakang sekolah.

"Apa yang aku katakan, benar kan?" ucap Rihad merasa benar.

"Ya, kami yang salah. Maaf!!" ucapku mewakili teman-teman yang lainnya.

"Anak-anak, silakan duduk dengan kelompoknya masing-masing. Buat sebuah layang-layang yang bagus. Waktunya hanya dua jam."

"Iya, Pak!!"

Pak Herdi memberikan pengarahan bagaimana membuat sebuah layang-layang. Aku sibuk menyiapkan semua alat-alat dan bahan-bahannya untuk membuat layang-layang. Kelompokku sudah dibagi tugas untuk dikerjakan masing-masing. Misalnya, aku dan Rihad bertugas memasang benang ke bamboo untuk dijadikan kerangka layang-layang. Sedangkan Nihal dan Windi bertugas menggunting kertas. Dan Bagus bertugas membuat hiasan layang-layangnya agar kelihatan bagus.

Semua siswa kelas lima di kelasku dengan sibuk mondar-mandir. Ada yang sibuk menyontek pekerjaan kelompok lain. Ada yang meminjam barang kelompok lain karena tidak membawa dari rumah. Ada pula yang hanya bermain-main.

Ketika kami disibukkan dengan tugas kami, siswa-siswi dari kelas lain berkumpul di lapangan untuk melihat kami. Ada juga yang hanya melihat dari jendela kelas. Atau ada juga yang mengganggu pekerjaan kami. Sepertinya kelasku membuat keributan yang mengganggu kelas lain. Padahal dari tadi aku dan teman satu kelas berusaha tidak bersuara agar tidak mengganggu kelas lain yang sedang belajar.

"Pak, Anda dipanggil Kepala Sekolah!" teriak Bu Nita dengan ketus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun