"Kalau begitu ikut Bapak. Di dekat rumah Bapak banyak pohon bambu."
Aku tidak ragu utuk ikut dengan pemulung itu. Aku sudah mengenalnya karena aku sering melihat dia melewati rumahku. Dia bernama Mang Jana. Dia mencari barang-barang bekas di kompleks tempat kami tinggal. Setelah sampai di sebuah perkampungan di belakang kompleks, aku melihat anak-anak sebaya sedang bermain layang-layang.
"Di sini sedang musim bermain layang-layang.Hampr semua anak memainkannya." Ujar Mang Jana.
Aku sampai di depan rumah dan lebih tepatnya dikatakan gubug karena hanya berdinding bilik dari bambu.
"Kalian tunggu di sini, Mang Jana ke belakang dulu untuk mengambil bambunya."
"Silakan diminum! Maaf hanya air putih." Lanjut isteri dari Mang Jana.
"Tidak apa-apa. Terima kasih." Ucapku.
Tidak lama kemudian Mang Jana membawa sebatang bambu yang lumayan panjang. Kami lekas membantunya membawa ke depan rumah.Â
"Nanti Mang Jana potong dulu."
"Tidak usah, Mang. Biar nanti saja di rumah." Ucapku.
"Tidak apa-apa."